Bisnis.com, JAKARTA—PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. membalikkan posisi rugi menjadi laba pada semester I/2019.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2019, emiten bersandi saham SRTG tersebut mencatatkan keuntungan bersih atas investasi pada efek ekuitas senilai Rp2,004 triliun atau berbalik dari posisi rugi Rp1,585 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, penghasilan dividen dan bunga juga melonjak 155,88 persen menjadi Rp1,61 triliun selama paruh pertama tahun ini dari Rp630,86 miliar pada semester I/2018.
Dengan demikian, SRTG mencatatkan laba periode berjalan sebesar Rp3,16 triliun selama Januari—Juni 2019, kontras dari posisi rugi Rp1,20 triliun pada peride yang sama tahun sebelumnya.
Presiden Direktur Saratoga Michael W.P. Soeryadjaya menjelaskan, penguatan saham-saham perusahaan investee pada semester I/2019 ini telah menjadi penopang kinerja perseroan, seperti saham milik PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG).
“Strategi investasi yang disiplin dan fokus pada sektor-sektor penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah kunci kinerja Saratoga semakin solid,” kata Michael lewat pernyataan resmi, Selasa (30/7/2019).
Baca Juga
Dirinya pun optimistis ekonomi Indonesia dalam jangka panjang akan berprospek cerah. Pasalnya, setelah Pemilu usai pada semester I/2019, iklim investasi dan ekonomi nasional diperkirakan bakal terus berkembang.
Dengan demikian, perseroan pun akan mengambil inisiatif investasi secara disiplin dan bijaksana dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Adapun, investasi STRG saat ini berfokus pada 3 sektor utama a.l. sumber daya alam, infrastruktur, dan konsumen yang mencakup lebih dari 20 perusahaan.
Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan menjelaskan, perseroan bakal terus mengambil inisiatif untuk memperluas portofolio investasinya, baik dalam proyek investasi baru maupun dari perusahaan yang telah memasuki fase pertumbuhan.
Ke depannya, SRTG berencana membantu proses pelaksanaan pendanaan MDKA untuk melanjutkan pengembangan tambang emas dan mineral di Banyuwangi.
Pendanaan ini dilakukan melalui penerbitan 215 juta saham baru (non-pre-emptive rights) dengan harga Rp3.980 per saham yang telah diselesaikan pada 18 Juli 2019.
Untuk sektor konsumen, perseroan akan melanjutkan dukungan untuk ekspansi PT Famon Awal Bros Sedaya (FABS), Grup Rumah Sakit Awal Bros. Adapun pada pekan ini FABS akan meluncurkan Rumah Sakit baru di Bekasi Utara yang akan menjadi rumah sakit kedelapan di bawah FABS.
“Kami juga ingin mendukung program pemerintah dalam menyediakan layanan kesehatan publik berstandar internasional. Rumah Sakit Awal Bros adalah kelompok rumah sakit swasta dengan akreditasi internasional tertinggi, Joint Commission International (JCI) di Indonesia,” ujar Devin.