Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan LNG Indonesia Diproyeksi Meningkat Hingga 63 Juta Ton

Permintaan gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dari wilayah Asia Selatan dan Tenggara diperkirakan akan tumbuh lebih dari 5 kali lipat mencapai 236 juta ton per tahun (mmtpa) pada 2040.
Sarana fasilitas Liquid Natural Gas (LNG) milik PT Nusantara Regas yaitu Floating Storage Regasification Unit (FSRU) berada di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Kamis (19/10)./ANTARA-Muhammad Adimaja
Sarana fasilitas Liquid Natural Gas (LNG) milik PT Nusantara Regas yaitu Floating Storage Regasification Unit (FSRU) berada di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Kamis (19/10)./ANTARA-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA - Permintaan gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dari wilayah Asia Selatan dan Tenggara diperkirakan akan tumbuh lebih dari 5 kali lipat mencapai 236 juta ton per tahun (mmtpa) pada 2040.

Analis utama Wood Mackenzie Asti Asra mengatakan, hampir setengah dari permintaan itu bakal datang dari dua pasar utama, yaitu Indonesia dan India. Permintaan LNG di Indonesia diestimasi mencapai 63 mmtpa dan India sebesar 43 mmtpa pada 2040.

Kenaikan permintaan  didorong oleh penggunaan LNG di berbagai sektor. Di India, faktor pendorong berasal dari penggunaan LNG untuk aktivitas industri dan perkotaan. Sementara itu, konsumsi LNG di Indonesia didorong oleh pembangkit listrik.

“Untuk Indonesia, impor LNG hanya akan diperlukan pada 2030-an yang berarti dalam waktu dekat, perusahaan minyak nasional Pertamina perlu mengelola berbagai komitmen pembeliannya,” katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (17/6/2019).

Sementara itu, kebutuhan impor LNG tumbuh sekitar 20 mmtpa pada 2040 untuk Malaysia dan Thailand. Hal ini terlepas dari kurangnya pertumbuhan yang kuat dalam permintaan gas secara keseluruhan.

“Kedua negara juga bergerak menuju liberalisasi pasar gas mereka dan memecah monopoli perusahaan minyak negara mereka. Terminal regasifikasi kini telah dibuka hingga akses pihak ketiga dan entitas lain seperti perusahaan listrik dapat mengimpor LNG secara langsung.”

Di lain tempat, Pakistan dan Bangladesh menghadapi efek ganda dari menurunnya produksi domestik dan berlanjutnya pertumbuhan permintaan gas, yang mengarah ke permintaan LNG masing-masing sekitar 25 mmtpa pada 2040. Terminal regasifikasi baru akan diperlukan untuk mengakses pasar-pasar ini.

Selain itu, lanjut Asti, Bangladesh perlu memperkenalkan reformasi harga untuk mencerminkan dampak kenaikan harga LNG. Hal itu secara historis mampu menopang harga rendah dari produksi dalam negeri.

“Program subsidi yang ada tidak akan berkelanjutan dalam jangka panjang karena LNG impor mengambil porsi yang lebih besar dalam bauran bahan bakar negara,” katanya.

Berikutnya dari pasar negara berkembang, Vietnam paling menjanjikan. Lebih dari 10 terminal regasifikasi telah diusulkan. Wood Mackenzie memperkirakan, tiga di antaranya akan beroperasi mulai 2024.

“Singkatnya, wilayah Asia Selatan dan Tenggara akan melihat pertumbuhan permintaan LNG yang cepat selama dua dekade mendatang. Ada peluang bagi pemasok dan investor LNG dalam infrastruktur untuk membuka pasar pertumbuhan ini,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper