Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengiriman Rio Tinto Menurun, Bijih Besi Bertahan di Laju Bullish

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (16/7/2019), harga bijih besi di bursa Dalian menguat 2,94% menjadi 910 yuan per ton. Sepanjang tahun berjalan, harga bijih besi telah bergerak menguat 75,76%.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bijih besi mempertahankan posisi bullish dan menjadi komoditas yang paling diuntungkan dari sajian data ekonomi China yang dirilis pada awal pekan ini.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (16/7/2019), harga bijih besi di bursa Dalian menguat 2,94% menjadi 910 yuan per ton. Sementara itu, harga bijih besi berjangka di bursa patokan Singapura bergerak di level US$117,12 per ton, menguat 0,58%. Pada pertengahan perdagangan, bijih besi sempat kembali bergerak di atas level US$120 per ton.

Penguatan kali ini juga didukung oleh menurunnya pengiriman bijih besi dari salah satu perusahaan tambang bijih besi terbesar di dunia, yaitu Grup Rio Tinto. Perusahaan pertambangan asal Australia itu menyatakan bahwa pengiriman bijih besi untuk kuartal kedua tahun ini turun 3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Di sisi lain, Rio Tinto telah menurunkan target volume bijih besi yang dikirim dari kawasan produksi utama Pilbara, Australia untuk ketiga kalinya sejak April tahun ini dengan alasan masalah operasional.

Rio Tinto mengharapkan pengiriman bijih besi dari kawasan Pilbara berada di kisaran 320 juta ton hingga 330 juta ton, yang sebagian besar merupakan produk kelas bawah bermargin rendah. Padahal, target sebelumnya berada di kisaran 333 juta ton hingga 342 juta ton. Hal itu mencerminkan permintaan yang sedang terkontraksi.

“Dampak Topan Veronica di Australia berlanjut ke kuartal kedua tahun ini, dengan perbaikan fasilitas pelabuhan Cape Lambert A berdampak pada pengiriman dan operasional tambang Robe Valley dan Yandicoogina,” tulis Rio Tinto dalam keterangan resminya seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (16/7/2019).

Sebagai informasi, harga bijih besi meroket tahun ini setelah bencana bendungan di Vale SA Brasil dan cuaca buruk di Australia membatasi pengiriman tepat saat permintaan China meningkat. Sepanjang tahun berjalan, harga bijih besi telah bergerak menguat 75,76%.

Output baja China periode Juni menghasilkan 2,92 juta ton baja mentah sehari. Output baja naik 10% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Namun demikian, keuntungan besar bijih besi telah memacu kekhawatiran pasar bahwa kenaikan harga tersebut kemungkinan tidak berkelanjutan.

CRU Group mengatakan bahwa harga telah terputus dari pendorong fundamental dan akan turun karena pasokan meningkat ditengah permintaan pabrik yang melemah.

Kelompok industri baja top China juga telah mendesak pemerintah China untuk menjaga stabilitas di pasar bijih besi.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi China menjadi yang terlemah dalam hampir tiga dekade, meskipun didukung oleh peningkatan produksi industri dan penjualan ritel, menunjukkan kepada Presiden AS Donald Trump bahwa China ingin membuat kesepakatan perdagangan untuk membantu ekonomi dalam negerinya.

Larry Kudlow, penasihat ekonomi utama pemerintah AS, mengatakan bahwa AS mengharapkan China mengumumkan pembelian produk pertanian AS dengan jumlah yang signifikan.

Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin dan Perwakilan Dagang Robert Lighthizer diprediksi melakukan perjalanan ke China untuk negosiasi lebih lanjut jika pembicaraan melalui telepon minggu ini produktif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper