Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah mengandalkan surat utang ritel untuk mengerek realisasi pembiayaan dari investor ritel melalui penerbitan empat surat utang ritel pada sisa tahun ini.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Luky Alfirman mengatakan pihaknya telah menetapkan target sebesar Rp60 triliun hingga Rp80 triliun dari penawaran surat utang ritel dalam setahun. Adapun, sepanjang semester I/2019 sebesar Rp33 triliun.
"Sampai Juni, Rp33 triliun (realisasi surat utang ritel). Masih ada yang tradable, sukuk ritel dan ORI," ujarnya saat menghadiri penawaran SBR007 di Jakarta, Kamis (11/9/2019).
Saat ini, pemerintah sedang menawarkan Savings Bond Ritel seri SBR007 yang ditargetkan menggalang dana Rp2 triliun. SBR007 yang ditawarkan sejak 11 Juli-25 Juli 2019 itu menawarkan kupon minimal 7,5% dengan spread 150 basis poin dan tenor 2 tahun.
Realisasi Penerbitan Surat Utang Negara Ritel
Nama Instrumen | Kupon | Tenor | Emisi |
SBR005 | 8,15% | 2 tahun | Rp4,01 triliun |
ST003 | 8,15% | 2 tahun | Rp3,13 triliun |
SR011 | 8,05% | 3 tahun | Rp21,11 triliun |
SBR006 | 7,95% | 2 tahun | Rp2,26 triliun |
ST004 | 7,95% | 2 tahun | Rp2,63 triliun |
SBR007 | 7,5% | 2 tahun | target:Rp2 triliun |
Sumber: DJPPR, Kementerian Keuangan.
Selain SBR007, pemerintah masih memiliki sejumlah produk obligasi negara ritel yang akan dipasarkan pada Agustus hingga November 2019. Emisi instrumen seperti ST005, SBR008, ORI016, dan ST006 diharapkan mendongkrak pencapaian target penerbitan surat utang ritel hingga akhir tahun ini.
Instrumen Obligasi Ritel Indonesia (ORI), misalnya, akan diterbitkan dengan size yang lebih besar dari instrumen sukuk ritel dan SBR. Kupon yang ditawarkan pun relatif lebih besar sehingga diharapkan mampu menarik minat investor sekaligus mengerek naik realisasi pemesanan surat utang ritel sepanjang 2019.
"Kalau yang tradable bisa lebih besar (kuponnya). Kalau ritel, biasanya biasanya 1 digit, kalau ORI, lebih besar," kata Luky.