Bisnis.com, JAKARTA – Harga karet di Tokyo hanya mampu berakhir stagnan pada perdagangan hari ini, Kamis (11/7/2019), sedangkan harga karet di Shanghai rebound tipis di tengah berlanjutnya kekhawatiran soal permintaan dan suplai berlimpah.
Berdasarkan data Bloomberg, harga karet untuk kontrak teraktif Desember 2019 di Tokyo Commodity Exchange (Tocom) ditutup di level 177,20 yen per kg dari level penutupan sebelumnya.
Pada perdagangan Rabu (10/7/2019), harga karet kontrak Desember 2019 berakhir naik 0,51 persen atau 0,90 poin, setelah tertekan enam hari perdagangan beruntun sebelumnya.
Sementara itu, harga karet kontrak September 2019 di Shanghai Futures Exchange berakhir naik tipis 0,19 persen atau 20 poin di level 10,715 yuan per ton, setelah ditutup melorot 1,06 persen atau 115 poin di posisi 10.695 pada Rabu (10/7), penurunan hari ketiga berturut-turut.
Dilansir dari Bloomberg, kekhawatiran seputar meningkatnya pasokan dan permintaan yang lebih lesu, terutama dari produsen mobil, telah mengempaskan reli karet tahun ini.
Kekhawatiran atas dampak melambatnya pertumbuhan global dari perang dagang AS-China dan jumlah pasokan yang lebih besar setelah dimulainya musim penyadapan karet adalah alasan yang mendasari penurunan ini.
Dalam hal permintaan, Bloomberg Intelligence mengatakan harapan pemulihan laba sektor otomotif untuk paruh kedua kecil kemungkinan akan terjadi mengingat penjualan di Uni Eropa yang lesu pada paruh pertama, penurunan volume penjualan di China, dan ketidakpastian tentang uji emisi baru.
Meski demikian, harga karet mendapatkan sedikit angin segar hari ini dari lonjakan harga minyak mentah.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2019 terpantau lanjut menguat 0,73 persen atau 0,44 poin ke level US$60,87 per barel pada pukul 15.11 WIB, setelah melonjak 4,50 persen pada akhir perdagangan Rabu (10/7).
Adapun harga minyak acuan global Brent untuk kontrak September 2019 menguat 0,85 persen atau 0,57 poin ke level US$67,58 per barel, setelah ditutup melonjak 4,44 persen kemarin.
Lonjakan minyak mentah pada Rabu didorong ancaman badai yang melanda Teluk Meksiko dan turunnya persediaan minyak mentah di Amerika Serikat.
Menurut pakar meteorologi pemerintah, angin topan yang terjadi di Teluk itu dapat mencapai status badai sebelum menghantam daratan akhir pekan ini.
Chevron Corp., Exxon Mobil Corp., dan sejumlah produsen minyak top lainnya mengevakuasi kru mereka dari instalasi lepas pantai dan hampir sepertiga dari produksi minyak mentah di Teluk itu telah dihentikan.
Pada Selasa (9/7), Chevron mengatakan mulai menutup lima platformnya dan mulai mengevakuasi semua personel terkait. Royal Dutch Shell Plc sedikit mengurangi produksinya di dua platform dan memindahkan sebagian personel, sedangkan BP Plc. dan Exxon juga telah memulai evakuasi.
Di sisi lain, Departemen Energi AS melaporkan stok minyak mentah AS menyusut 9,5 juta barel pekan lalu, lebih besar dari perkiraan dalam survei Bloomberg.
Seperti diketahui, karet sintetis yang menjadi bahan subtitusi utama karet alam dibuat dari polimer turunan minyak, sehingga pergerakan harganya jelas dipengaruhi harga minyak yang menjadi bahan baku asalnya.
Pergerakan Harga Karet Kontrak Desember 2019 di Tocom | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (Yen/kg) | Perubahan (persen) |
11/7/2019 | 177,20 | +0 |
10/7/2019 | 177,20 | +0,51 |
9/7/2019 | 176,30 | -2,60 |
Sumber: Bloomberg