Bisnis.com, JAKARTA - Isu penjualan menara disebut tak berdampak signifikan terhadap pergerakan saham dan kinerja keuangan PT Indosat Tbk. (ISAT).
Analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan penjualan menara menjadi salah satu strategi perusahaan untuk memangkas beban operasional yang juga bisa berimplikasi pada penurunan pendapatan.
Menurutnya, meskipun bisa berdampak positif bila bisa dieksekusi, secara fundamental, tak akan terdampak signifikan. Dia pun merekomendasikan investor untuk melakukan aksi beli dengan beberapa catatan.
Pada perdagangan Rabu (10/7/2019), saham ISAT ditutup naik 200 poin atau 7,6% ke level harga Rp2.830 per saham. Level harga itu mencerminkan rasio harga per laba (price earnings ratio/PER) -13,16 kali.
Sepanjang tahun berjalan 2019, ISAT meroket 67,95%. Kapitalisasi pasarnya pun meningkat ke level Rp15,38 triliun.
"Speculative buy dengan akumulasi buy apabila berhasil break out upper bollinger bands di kisaran Rp2.800 dan target harga Rp3.120 dan stop-loss jika mematahkan support MA200 di Rp2.490," ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (10/7/2019).
Baca Juga
Pada tahun buku 2018, ISAT membukukan beban depresiasi aset yang cukup besar yakni Rp8,1 triliun. Beban tersebut, menjadi pemotong pendapatan sehingga berimbas terhadap profitabilitas perseroan.
"Pada bisnis telekomunikasi memang peralatan untuk menunjang yang masuk pada aset terdepresiasi tidak hanya menara. Saya kira [penjualan menara] tidak akan berdampak signifikan hanya akan mengurangi beban depresiasi dan memberikan sedikit ruang untuk menghasilkan keuntungan," tuturnya.
Secara terpisah, analis RHB Sekuritas Indonesia Michael Wilson Setjoadi mengatakan emiten telekomunikasi kini memilih untuk memperkuat jaringan. Beberapa perseroan pun mengurangi biaya operasi dan menjual aset-asetnya guna mendorong kualitas jaringan sehingga semakin fokus pada bisnis seluler.
"Tower dijual, melakukan lease back itu biar light sehingga uangnya bisa digunakan untuk investasi di network quality," katanya.
Seperti diketahui, pada 2019, perusahaan menganggarkan belanja modal (capex) sekitar Rp10 triliun yang sebagian besar dialokasikan untuk membangun base transceiver station (BTS) 4G.
Adapun kedua strategi tersebut diharapkan dapat mendongkrak performa perusahaan. Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2019, kinerja perseroan membaik dengan perbaikan rugi Rp292,5 miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp405,2 milliar.
Saat dihubungi Bisnis.com, Senior Vice President Head Corporate Communication Indosat Turina Farouk mengatakan penjualan menara merupakan salah satu opsi perseroan untuk mendapatkan dana segar. Kendati demikian, dia berujar perseroan masih mengkaji opsi tersebut.
"Penjualan menara merupakan salah satu opsi pendanaan. Namun, saat ini opsi tersebut masih sedang dalam kajian," ujarnya, Rabu (10/7/2019).