Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PERSPEKTIF: Menangkap Peluang di Indeks Bisnis-27

Dengan berbagai sentimen positif dan fundamental, emiten-emiten terpilih yang tergabung dalam konstituen Indeks Bisnis-27, berpeluang melanjutkan penguatan dan itu masih terbuka lebar.

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Bisnis-27 ditutup menguat 0,32 poin di level 564 pada perdagangan akhir pecan lalu, Jumat (5/7). Sebaliknya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung bergerak sideways dan ditutup melemah tipis 249 poin di level 6.373.

Koreksi IHSG pada akhir pekan lalu disebabkan oleh sentimen eskternal berupa koreksi bursa saham regional Asia di tengah indeks future AS yang terpantau semakin menguat.

Adapun, Indeks Bisnis-27 secara year-to-date tumbuh 2,02% atau underperformed terhadap IHSG yang tumbuh 2,89%. Kendati demikian, kedua indeks ini berada pada fase bullish di tengah fundamental ekonomi domestik yang cukup tangguh dengan angka pertumbuhan ekonomi 5,07% (year-on-year) pada kuartal I/2019.

Indikator ekonomi lainnya seperti inflasi, tercatat mencapai 3,28% pada Juni 2019 atau merupakan angka inflasi tertinggi dalam kurun 2 tahun terakhir. Inflasi yang tinggi ini merupakan push inflation di tengah momentum meningkatnya daya beli konsumen saat Lebaran Idulfitri 2019.

Namun, angka ini terbilang relatif stabil dengan volatilitas masih di bawah target yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu sebesar 3,5 ±1%.

Selanjutnya, nilai tukar rupiah juga terlihat lebih stabil dan menguat sepanjang Juni 2019, serta terapresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di level Rp14.082 pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Neraca perdagangan juga berhasil membukukan surplus US$0,21 miliar akibat menurunnya defisit neraca dagang migas dan meningkatnya ekspor nonmigas.

Di sisi lain, cadangan devisa juga naik menjadi US$123,8 miliar. Kenaikan cadangan devisa ini terjadi seiring dengan meningkatnya penerimaan va­las dan penarikan utang luar negeri pe­me­rin­tah pada Juni 2019.

Sentimen positif juga datang dari perkembangan isu strategis di kawasan global. Dari hasil pertemuan G20 di Osaka, Jepang, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akhirnya bertemu dan mampu meredakan ketegangan akibat perang tarif perdagangan internasional.

Dari hasil pertemuan tersebut, kedua negara telah bersepakat untuk memulai kembali perundingan perdagangan dan akan kembali membahas permasalahan strategis yang lebih spesifik. Selain itu, Huawei diizinkan untuk kembali melakukan bisnis di AS. Hal tersebut akan dibahas dalam agenda pertemuan berikutnya.

Kembali lagi ke pasar saham Indonesia, sebagian besar indeks tumbuh positif secara year-to-date (ytd) kecuali Indeks DBX yang terkoreksi 3,42%.

Meskipun Indeks Bisnis-27 tumbuh 2,02% (ytd) atau underperform terhadap IHSG 2,89% (ytd), Indeks Bisnis-27 masih unggul apabila dibandingkan dengan Indeks JII.

Kinerja Indeks Bisnis-27 tidak begitu jauh berbeda dibandingkan dengan IHSG disebabkan sebagian besar anggota konstituen Indeks Bisnis-27 merupakan saham-saham blue chip sehingga pergerakan tren volatilitasnya mengikuti IHSG.

Saat ini, Indeks Bisnis-27 memiliki valuasi harga premium dengan forward PE ratio sebesar 16,52 kali atau di atas rata-rata historis 5 tahun yang memiliki forward PE ratio sebesar 13,7 kali.

Sementara itu, IHSG juga memiliki valuasi harga premium dengan forward PE ratio sebesar 14,39 kali atau di bawah rata-rata historis 5 tahun yang memiliki forward PE ratio sebesar 13,18 kali.

Selanjutnya, Indeks Bisnis-27 memiliki harga relatif yang terbilang overvalued apabila dibandingkan dengan valuasi IHSG.

Sepanjang tahun berjalan 2019, kenaikan harga saham-saham dari sektor keuangan yang diwakili oleh saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (kenaikan 20,22%) dan PT Bank Central Asia Tbk. (14,81%) menjadi pendorong Indeks Bisnis 27.

Selain itu, saham dari sektor perda­­gangan dan properti diwakili oleh sa­ham dengan PT Ace Hardware Tbk. (22,48%) dan PT Pakuwon Jati Tbk. (18,55%). Selanjutnya, dari sektor per­­tambangan diwakili oleh saham PT Adaro Energy Tbk. yang tumbuh 16,46%.

ANALISIS TEKNIKAL

Secara analisis teknikal, tren Indeks Bisnis-27 bergerak sideways dan cenderung tertahan pada support MA 100 bearish trend. Indeks ini diperkirakan menguji MA20 sebagai support kedua menuju level 550 pada awal pekan ini.

Indikator stochastic slow mengindikasikan tren penguatan akan segera berakhir. Jadi, secara teknikal, Indeks Bisnis-27 diperkirakan masih rawan terkoreksi dalam jangka pendek dengan pergerakan pada support resistance 550—584 pada perdagangan berikutnya.

Sementara itu, IHSG secara teknikal bakal bergerak sideways dan cenderung tertahan pada support MA 100 bearish trend. Pada awal pekan ini, IHSG diperkirakan menguji MA20 sebagai support kedua menuju level 6.300.

Adapun, indikator stochastic slow tertekan pada area cenderung negatif. Jadi, secara teknikal, IHSG diperkirakan masih rentan terkoreksi dalam jangka pendek dengan pergerakan pada support resistance 6.300—6.410 pada perdagangan berikutnya.

Sepanjang bulan ini, pasar masih akan fokus pada keberlanjutan penyelesaian perang dagang AS dan China dan perluasan pengenaan tarif oleh AS ke Uni Eropa.

Selain itu, faktor lain yang bakal menjadi perhatian investor adalah kebijakan The Fed yang cenderung dovish dan berencana memangkas suku bunganya pascarilis inflasi yang lebih rendah.

Keputusan dovish yang kemungkinan bisa lebih cepat diputuskan The Fed akan menekan dampak dari perang dagang yang meningkatkan risiko ke depan dan dapat mengoreksi pertumbuhan ekonomi AS.

Sektor-sektor yang perlu dicermati dan potensial menjadi leading sektor ke depan adalah pertambangan, properti, infrastruktur dan finansial.

Saham-saham batu bara di sektor pertambangan cukup menarik di tengah kenaikan permintaan dari China yang mencapai kuota tertingginya pada musim panas dan diperkirakan berlan­jut untuk memenuhi kebutuhannya je­lang musim dingin.

Sementara itu, saham–saham di sektor properti diperkirakan kembali menarik untuk dikoleksi seiring dengan kebijakan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral yang dapat menggairahkan sektor properti dan likuiditas di sektor keuangan.

Selanjutnya, sektor infrastruktur masih menarik pasca keputusan Mahkamah Konstitusi yang menolak gugatan lawan politik Presiden Joko Widodo terkait dengan hasil pemilihan umum presiden 2019.

Selain itu, agenda besar pembentukan holding BUMN untuk pembangunan infrastruktur di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi masih terbuka lebar untuk direalisasikan.

Dengan berbagai sentimen positif dan fundamental, emiten-emiten terpilih yang tergabung dalam konstituen Indeks Bisnis-27, berpeluang melanjutkan penguatan dan itu masih terbuka lebar.

*)Artikel dimuat koran cetak Bisnis Indonesia edisi Senin (8/7/2019)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper