Bisnis.com, JAKARTA -- International Finance Corporation (IFC), Women's Empowerement Working Group (WEP WG), bersama Bursa Efek Indonesia meluncurkan sebuah studi "Board Gender Diversity in ASEAN", yang menemukan bahwa perusahaan yang memiliki perempuan dalam jajaran direksinya berpotensi memberikan performa finansial lebih baik.
Berdasarkan studi tersebut, perusahaan yang memiliki lebih dari 30% perempuan di jejeran direksi dilaporkan memiliki rata-rata Return of Assets (ROA) sebesar 3,8%, dibandingkan dengan ROA sebesar 2,4% yang dimiliki perusahaan tanpa perempuan di jejeran direksinya.
Begitu pula, perusahaan yang memiliki perempuan di jejeran direksinya sebanyak lebih dari 30% memiliki rata-rata Return on Equity (ROE) sebesar 6,2%, dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki perempuan di jejeran direksinya hanya memiliki ROE sebesar 4,2%.
Adapun survei untuk studi ini dilakukan di 1.000 perusahaan yang tersebar di China dan negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
"Penemuan kami memperlihatkan ada nilai yang hebat dari keberagaman gender dalam direksi perusahaan Asia," kata Direktur Regional Asoa Timur dan Pasifik IFC Vivek Pathak, dalam keterangan resmi yang dikutip pada Kamis (26/6/2019).
Adapun di Indonesia, 3 sektor yang memiliki persentase perempuan lebih banyak di jajaran direksinya adalah sektor industri (26%), properti (20%), barang konsumen (15%).
Baca Juga
Sementara itu, dari sisi perwakilan perempuan di dalam jajaran direksi, Indonesia masih beriringan dengan rata-rata Asean sebesar 14,9%.
Namun, apabila dibandingkan dengan jumlah perempuan di jabatan manajemen senior, Indonesia tertinggal di level 18,4% si bawah rata-rata Asean sebesar 25,2%.
Kendati laporan tersebut menunjukkan hubungan yang jelas antara perusahaan dengan jumlah perempuan di jejeran direksinya, tetap saja ditemukan jumlah perempuan di jajaran direksi perusahaan di kawasan China dan Asia Tenggara masih terbilang sedikit. Pasalnya, masih ada isu yang mengatakan bahwa perempuan kurang cocok menjabat posisi eksekutif.
"Masalah keberagaman gender di direksi sangat kuat dan berhubungan tidak hanya terhadap performa, tapi juga tata kelola perusahaan, reputasi, dan keadilan," kata Risa E. Gustam, Direktur Keuangan dan SDM BEI.
Dia menambahkan, pasar modal pun dapat membantu membuka jalan untuk mempromosikan keberagaman gender untuk perusahaan-perusahaan tercatat.