Bisnis.com, JAKARTA - Pound sterling pada perdagangan Selasa (18/6/2019) bergerak mendekati level terendahnya dalam tahun ini di tengah meningkatnya kekhawatiran Boris Johnson dapat memenangkan pemilihan untuk menggantikan Theresa May sebagai Perdana Menteri Inggris.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (18/6/2019) hingga pukul 12.31 WIB, pound sterling bergerak pada level US$1,2535 per pound sterling, menguat tipis 0,01%.
Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad mengatakan bahwa kekhawatiran pasar akan pencalonan Boris Jhonson sebagai Perdana Menteri Inggris berpotensi akan semakin menekan pergerakan pound sterling melawan dolar AS.
"Pasangan GBP/USD menguji level support di kisaran US$1,2480 per poundsterling hingga US$1,2450 per pound sterling. Sementara itu, level resisten pound sterling berada pada kisaran US$1,2600 per pound sterling hingga US$1,2630 per pound sterling," ujar Ahmad seperti dikutip dalam publikasi risetnya, Selasa (18/6/2019).
Adapun, Boris Jhonson merupakan salah satu pendukung utama Inggris untuk keluar dari Benua Biru dalam referendum 2016 lalu. Mantan Menteri Luar Negeri Inggris tersebut telah berjanji untuk memimpin Brexit dengan atau tanpa kesepakatan apapun.
Padahal, Bank Sentral Inggris sebelumnya telah memperingatkan bahwa Brexit tanpa kesepakatan akan membawa ekonomi Inggris dalam tekanan, bahkan dapat terkontraksi hingga 8%.
Baca Juga
Angka tersebut melampaui kontraksi yang sempat terjadi saat krisis global 2008 di mana ekonomi Inggris terkontraksi sebesar 6,5%.
Boris Jhonson merupakan calon terkuat dalam pemilihan PM Inggris dan baru saja mendapat dukungan dari Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock setelah dirinya mengumumkan mundur dari pencalonan untuk menggantikan Theresa May.
Theresa May mengumumkan pengunduran dirinya dan resmi tidak menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris pada 10 Juni 2019 akibat gagal membawa Inggris keluar dari Uni Eropa dengan tenggat waktu yang ditetapkan sebelumnya.
Kendati demikian, pound sterling masih memiliki potensi untuk berbalik menguat seiring dengan beberapa data ekonomi Inggris yang akan dirilis pekan ini, seperti inflasi konsumen dan data penjualan ritel Inggris.
Tidak hanya itu, Bank Sentral Inggris juga akan mengumumkan kebijakan fiskalnya bulan ini pada Kamis (20/6/2019).