Bisnis.com, JAKARTA - Sjamsul Nursalim resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Di balik kasus itu, ternyata ada tujuh emiten di Bursa Efek Indonesia yang berada di bawah bayang-bayang Sjamsul Nursalim, siapa saja mereka?
Menurut Forbes pada 2018, Sjamsul Nursalim adalah orang terkaya nomor 36 dengan harta senilai US$810 juta atau setara Rp11,61 triliun. [ kurs US$1 = Rp14.342].
Nama Sjamsul Nursalim memang lebih sering dikaitkan dengan Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI). Hal itu disebabkan kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang menjerat Sjamsul selaku pemilik BDNI.
Selain BDNI, Sjamsul disebut memiliki jejak-jejak lain di beberapa emiten di BEI. Bisniscom pun menelusuri, total ada sekitar 7 emiten yang terdeteksi berada di bawah bayang-bayang Sjamsul.
PT Gajah Tunggal Tbk. menjadi salah satu yang paling sering disebut sebagai gurita bisnis Sjamsul. Namun, pemegang saham mayoritas Gajah Tunggal sudah berganti menjadi Denham Pte. Ltd. Dari publikasi laporan keuangan terlama emiten berkode GJTL itu, Denham sudah menjadi pemegang saham mayoritas sejak 2005.
Bisnis gagal menemukan data transaksi pergantian kepemilikan dari kelompok Sjamsul Nursalim menjadi Denham. Dari laporan keuangan, Denham disebut anak usaha dari Giti Tire Pte. Ltd, sebuah perusahaan ban di China.
Baca Juga
Dari isu yang beredar, Sjamsul disebut memiliki saham di Giti Tire tersebut. Hal itu membuat, Sjamsul masih mempunyai kepemilikan saham atas Gajah Tunggal.
Bukti jejak Sjamsul di Gajah Tunggal terlihat dari jajaran komisaris. Wakil Presiden Komisaris Gajah Tunggal Tan Enk Ee adalah menantu dari sang taipan tersebut. Dengan begitu, jika Sjamsul masih memiliki jejak di Gajah Tunggal, berarti sang taipan juga masih membayangi 6 emiten lainnya.
Emiten yang memiliki hubungan terdekat kedua dengan Gajah Tunggal adalah PT Polychem Indonesia Tbk. Emiten berkode ADMG itu disebut entitas asosiasi dari Gajah Tunggal.
Entitas asosiasi adalah investor masih memiliki pengaruh signifikan di sana meskipun bukan anak usaha atau bagian partisipasi dalam ventura bersama.
Gajah Tunggal juga masih memiliki 25,56% saham Polychem, sedangkan pemegang saham mayoritasnya adalah Provestment Limited sebesar 49,5%.
Pemegang saham lainnya yakni, PT Satya Mulia Gemilang 10,42%, dan publik 14,5%. Satya Mulia Gemilang ditenggarai juga terafiliasi dengan Sjamsul.
Terkait pemegang saham mayoritas, Bisnis.com menemukan profilnya di Bloomberg. Namun, tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang perusahaan itu, hanya ada satu kata kuncinya yakni, tulisan Indonesia di bagian company overview.
Provestment Limited tercatat mulai jadi pemegang saham Polychem sejak 2012. Namun, tidak ada jejak tertulis yang bisa ditemukan terkait transaksi saham tersebut.
Sebelumnya pada periode 2011, komposisi pemegang saham Polychem terdiri dari Satya Mulia Gema Gemilang 26,01%, Gajah Tunggal 25,56%, HSBC Trustee 17,21%, Agung Ometraco Muda 10,87%, dan publik 20,34%.
Selain Polychem, Sjamsul juga memiliki jejak di PT Mitra Adiperkasa Tbk. yang terkenal sebagai salah satu emiten sektor retail papan atas.
Jejak Sjamsul di emiten berkode MAPI itu muncul melalui Satya Mulia Gemilang yang memiliki 51% saham perseroan. Sisanya, saham MAPI dimiliki oleh publik sebanyak 49%.
MAPI terkenal dengan mengelola hak merek berbagai produk ternama di Indonesia. Perseroan pun memiliki 66 anak usaha yang mengelola setiap merek milik perseroan di Indonesia maupun beberapa negara di Asean.
Dari 66 anak usaha itu, ada dua yang sudah melepas sebagian sahamnya ke publik yakni, PT Map Aktif Adiperkasa Tbk. (MAPA) dan PT Map Boga Adiperkasa Tbk. (MAPB).
MAPI masih memiliki MAPA secara langsung sebanyak 83,49%, sedangkan kepemilikan saham di MAPB sebesar 79,09%. Artinya, Sjamsul secara tidak langsung juga memiliki jejak di dua emiten tersebut.
Selanjutnya, jejak Sjamsul lainnya ada pada emiten sektor lembaga keuangan yakni, PT Equity Development Investment Tbk.
Lembaga keuangan yang didirikan pada 1 November 1982 itu awalnya bernama PT Gajah Surya Arta Leasing.
Namun, namanya berubah menjadi PT BDNI Capital Corporation Tbk. pada periode 1990-an. Lalu, nama emiten berkode GSMF itu kembali diubah menjadi PT GT Investama Kapital Tbk.
Komposisi pemegang saham emiten berkode GSMF itu antara lain, saham seri A dimiliki Equity Global International Ltd sebanyak 9,19%, Polychem Indonesia 5,59%, dan publik 4,56%.
Lalu, saham seri B dimiliki Equity Global International Ltd 45,69%, Polychem Indonesia 3,21%, dan publik 2,87%. Terakhir, saham seri C dimiliki Equity Global INternational Ltd 29,88% dan publik 0,01%.
Equity Global International selaku pemegang saham mayoritas Equity Development Investment tercatat dimiliki oleh Pinnacle Asia Diversified Fund. Entitas induk Equity Global International itu adalah open-end unit trust yang didirikan di Singapura.
Kepemilikan Sjamsul di GSMF juga masih ada secara jelas lewat Polychem yang baru menambah kepemilikan sahamnya pada akhir 2018.
Emiten terakhir yang masih memiliki jejak Sjamsul adalah PT Bank Ganesha Tbk. Secara komposisi pemegang saham, emiten berkode BGTG itu dimiliki oleh Equity Development Investment sebesar 29,86%, UOB Kay Hian Pte. Ltd. 12,42%, BNP Paribas Wealth Management Singapore 8,13%, dan publik 49,59%.
Hubungan Equity Development Investment dengan Bank Ganesha berstatus entitas asosiasi, bukan sebagai anak usaha. Selain ada hubungan lewat Equity Development, Bank Ganesha memiliki hubungan yang kuat dengan Sjamsul sejak didirikan.
Dari prospektus initial public offering [IPO] Bank Ganesha pada 2016, Sjamsul Nursalim memiliki langsung 20% saham perseroan sejak 1991. Pada periode itu, mayoritas saham perseroan dimiliki oleh PT Gajah Tunggal Sakti 75% dan PT Asuransi Jiwa Binadaya Nusaindah 5%.
Dua tahun kemudian, saham Sjamsul Nursalim tersisa 4%, tetapi saham Gajah Tunggal Sakti bertambah menjadi 95%. Lalu, saham Asuransi Jiwa Binadaya Nusaindah tinggal 1%.
Pada 1994, komposisi saham Bank Ganesha berubah drastis. PT Gajah Surya Multifinance memegang 96% saham perseroan, sedangkan Sjamsul tetap memegang 4%.
Perubahan komposisi saham perseroan kembali terjadi pada 1997. Kali ini PT BDNI Capital Corporation Tbk. [alias Equity Development Investment] memegang saham mayoritas perseroan sebesar 96%, sedangkan Sjamsul Nursalim tetap memegang 4%.
Pada tahun yang sama, BDNI Capital Corporation mencatat kenaikan kepemilikan saham menjadi 97,2%, sedangkan saham Sjamsul tersisa 2,8%.
Lalu, pasca periode krisis moneter 1999, kepemilikan Sjamsul secara perlahan menghilang dari Bank Ganesha. Porsi saham BDNI Capital Corporation pun menyusut dari sebelumnya. Sampai akhir 1999, komposisi pemegang saham Bank Ganesha menjadi PT Bintang Tunggal Gemilang 60,48%, sedangkan BDNI Capital Corporation mencatat 39,52% kepemilikan.
Mulai 2003, komposisi Bank Ganesha kembali berubah, kali ini hanya berubah nama. Bintang Tunggal Gemilang memiliki 60,48% saham perseroan, sedangkan Equity Development Investment memiliki 35,51%.
Sampai 2015, komposisi pemegang saham Bank Ganesha dikuasai oleh Bintang Tunggal Gemilang 54,22%, Equity Development Investment 29,85%, dan Tan Enk Ee 15,93%.
Nah, di sini jejak Sjamsul kembali terlihat karena Tan Enk Ee yang merupakan menantunya menjadi salah satu pemegang saham langsung. Namun, ketika Bank Ganesha melantai di bursa, nama pemegang saham lama yang tersisa hanya Equity Development Investment.