Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gairah Investor Reksa Dana Diyakini Kembali pada Semester II/2019

Ada sejumlah faktor internal dan eksternal yang diyakini dapat mendorong pertumbuhan industri reksa dana Indonesia pada paruh kedua 2019.
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di BEI, Jakarta, Selasa (11/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di BEI, Jakarta, Selasa (11/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah manajer investasi meyakini industri reksa dana bakal bergairah lagi pada paruh kedua 2019, seiring dengan kembali kondusifnya pasar keuangan.
 
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), net subscription reksa dana turun ke level terendah sejak awal tahun pada Mei 2019, menjadi Rp837,62 mliar.

 CEO Maybank Asset Management Denny R. Thaher menilai ke depannya, investor berpotensi kembali ke pasar reksa dana dengan melakukan subscription setelah masa libur panjang usai.
 
“Kemudian, ada perkembangan baru dari sisi eksternal, seperti sikap The Fed yang lebih dovish sehingga memungkinkan pemotongan suku bunga pada beberapa bulan mendatang. Hal ini akan mendorong beberapa nasabah untuk mulai berani lagi melakukan subscription,” tuturnya kepada Bisnis, seperti dikutip pada Minggu (16/6/2019).
 
Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dipandang berpotensi menuju ke level 6.500—6.700 jika penurunan suku bunga dari The Fed dan Bank Indonesia (BI) terjadi. 
 
Denny menilai pemangkasan suku bunga tersebut lebih merupakan “insurance cut” ketimbang “drastic easing cut”. Dalam skenario “insurance cut”, bank sentral melakukan pemangkasan suku bunga yang sejalan dengan ekspektasi pasar dan tidak terlambat. Hal itu pun dapat memperpanjang ekspansi pertumbuhan global.
 
Sementara itu, “drastic easing cut” merupakan skenario yang mana bank sentral sudah terlambat dalam mengambil sikap dan resesi sudah tak dapat terhindarkan.
 
“Di lain sisi, kebijakan fiskal yang suportif terhadap pelonggaran moneter juga diperlukan untuk mencegah terjadinya ‘crowding out investment’. Di mana emisi obligasi dapat disesuaikan dengan situasi likuiditas yang ada, sehingga dapat memberikan sinyal kepada pasar akan adanya kepercayaan pemerintah terhadap level imbal hasil obligasi saat ini,” tuturnya.
 
Selain itu, harga komoditas seperti minyak mentah, sawit, batu bara, dan logam yang stabil pada level saat ini, diharapkan bisa menopang pergerakan IHSG untuk menuju level target yang dipasang oleh Maybank Asset Management.

Meski demikian, masih ada risiko dari perang dagang AS-China yang bisa mendorong kenaikan harga minyak secara drastis dan pelemahan ekonomi global yang signifikan.
 
Senada, Direktur Utama Mandiri Investasi Alvin Pattisahusiwa juga optimistis nilai net subscription reksa dana bisa naik lagi, melihat beberapa sentimen positif mulai kembali ke pasar seperti revisi naik rating Indonesia dari S&P menjadi BBB dari BBB-. Selain itu, kemungkinan bank sentral AS menurunkan suku bunganya diperkirakan bisa memberikan peluang bagi BI untuk menurunkan BI 7-Day Repo Rate.
 
“Jadi, saya rasa itu akan jadi katalis positif ke depannya bagi investor untuk mulai melakukan subscription [reksa dana], melihat peluang yang masih bagus baik di saham maupun obligasi,” ucapnya. 
 
Direktur Pinnacle Investment Indra Muharam menambahkan apabila ada sentimen positif seperti tercapainya kesepakatan dalam perang dagang AS-China, penurunan suku bunga dari bank sentral utama dunia yang diikuti oleh BI, serta hasil Pemilu 2019 yang lancar dari sidang Mahkamah Konstitusi (MK), tidak tertutup kemungkinan investor kembali ke bursa untuk berinvestasi.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Annisa Margrit

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper