Bisnis.com, JAKARTA - Emiten farmasi, PT Kalbe Farma Tbk. meningkatkan investasi terhadap pengembangan produk biologi sebagai bagian dari ekspansi produk obat resep.
Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk. Vidjongtius mengatakan, perseroan mengalokasikan sebesar Rp250 miliar - Rp300 miliar untuk penelitian dan pengembangan produk biologi untuk kanker dan obat herbal pada 2019. Alokasi dana riset pada tahun ini lebih besar dibandingkan dengan tahun lalu yang sebesar Rp244 miliar.
Dia mengatakan, perseroan perlu melakukan inovasi untuk memperkuat pangsa pasar di masa mendatang di tengah kompetisi yang ketat. Saat ini ada sekitar 200 perusahaan yang bergerak di industri farmasi, terdiri dari 160 perusahaan lokal dan sekitar 30-40 perusahaan asing.
Sekitar 50%-80% dari perusahaan farmasi itu ikut serta dalam tender obat e-katalog untuk program Jaminan Kesehatan Nasional yang akan digelar semester II tahun ini. Oleh karena itu, emiten dengan kode saham KLBF ini perlu melakukan inovasi produk, salah satunya pengembangan erythropoietin atau EPO sebagai bahan baku obat untuk penyakit ginjal dan kanker.
Dia mengatakan bahwa tidak semua pemain di industri farmasi memiliki produk bioteknologi. Dengan demikian, pengembangan EPO diharapkan dapat menjadi keunggulan perseroan dalam beberapa tahun mendatang.
KLBF bekerja sama dengan Shandong Kexin Biochemical Co. Ltd., perusahaan asal China, untuk kerja sama teknis transfer teknologi untuk pengembangan EPO. Selain itu, perseroan juga bekerja sama dengan Genexine Co. Ltd., perusahaan asal Korea Selatan, dengan membentuk usaha patungan PT Kalbio Global Medika.
Baca Juga
Vidjongtius mengatakan, perseroan siap memproduksi EPO secara komersial pada awal tahun depan. Apalagi, pabrik bahan baku obat dan produk biologi yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat, dengan kapasita telah siap 40 juta unit injeksi EPO setiap tahun sejak Februari 2018.
"Awal tahun depan, kami siap dengan produksi produk biologi dengan bahan baku lokal. Dengan demikian ini akan mengurangi ketergantungan produk impor," katanya.
Dalam catatan Bisnis.com, saat ini Kalbe telah bertindak sebagai pengimpor EPO hasil produksi China untuk pasar Tanah Air. Kalbe memasok sekitar 1 juta unit per tahun, termasuk ke sistem jaminan kesehatan nasional. Kebutuhan EPO di Indonesia diperkirakan jauh lebih besar karena saat ini pelayanan kesehatan cuci darah baru bisa dimanfaatkan oleh 30% dari masyarakat yang membutuhkan.
Vidjongtius menambahkan, setelah produksi EPO sesuai rencana pada awal tahun depan, selanjutnya perseroan menargetkan dapat memproduksi produk insulin paling lambat 2021. Lebih lanjut, perseroan akan terus melakukan pengembangan produk biologi untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk impor.
"Kami berharap pemerintah dapat membantu meningkatkan motivasi perusahaan farmasi untuk melakukan riset dan pengembangan produk, seperti memberikan insentif pajak," katanya.