Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik melemah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Jumat (10/5/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melemah 0,33 persen atau 20,67 poin ke level 6.178,13 pada akhir sesi I, meskipun dibuka di zona hijau dengan penguatan 0,33 persen atau 20,67 poin ke level 6.178,13.
Sepanjang perdagangan pagi ini, IHSG bergerak di level 6.149,22 – 6.232,66. Adapun pada perdagangan Kamis (9/5), IHSG ditutup melemah 1,14 persen atau 71,39 poin di posisi 6.198,80.
Delapan dari sembilan sektor menetap di zona merah, didorong oleh sektor industri dasar yang melemah 1,27 persen dan pertanian yang turun 0,68 persen. Di sisi lain, sektor infrastruktur menguat 0,44 persen.
Sebanyak 139 saham menguat, 221 saham melemah, dan 271 saham stagnan dari 631 saham yang diperdagangkan.
Saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) yang masing-masing melemah 1,69 persen dan 6,15 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG siang ini.
IHSG melemah di saat pasar saham Asia bergerak variatif, dengan indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang melemah masing-masing 0,58persen dan 0,92 persen.
Di sisi lain, indeks Shanghai Composite menguat 1,5 persen dan indeks Hang Seng naik 0,64 persen, sedangkan indeks FTSE Straits Time Singapura naik 0,13 persen.
Sementara itu, Bank Indonesia melaporkan defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal I/2019 membaik menjadi 2,6% dari PDB atau US$7 miliar dari 3,6% pada kuartal IV/2018.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko menuturkan perbaikan ini akan menopang ketahanan sektor eksternal perekonomian Indonesia.
"Penurunan defisit neraca transaksi berjalan terutama didukung oleh peningkatan surplus neraca perdagangan barang sejalan dengan peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas dan perbaikan defisit neraca perdagangan migas," ungkap Onny, Jumat (10/05/2019).
Menurut BI, hal ini dipengaruhi oleh penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan penurunan ekspor, sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk melakukan pengendalian impor beberapa komoditas tertentu yang diterapkan sejak akhir 2018.