Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia menguat tipis, Selasa (7/5/2019), dibayangi oleh memanasnya kembali hubungan Amerika Serikat dan China.
Pada saat yang sama juga diimbangi oleh sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela, yang membuat harga komoditas itu menguat. Data Bloomberg menujukkan, hingga pukul 12.26 WIB, harga miyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,26% atau 0,16 poin ke posisi US$62,41 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah Brent memanas 0,01% atau 0,01 poin ke level US$71,25 per barel.
Mengutip Reuters, Selasa (7/5/2019), harga minyak pada hari ini masih dipengaruhi oleh kekhawatiran pasar soal meningkatnya sengketa dagang China dan Amerika Serikat.
Sejumlah trader mengatakan, harga minyak terbebani oleh ketegangan pembicaraan dagang kedua negara tersebut. Sebab situasi tersebut dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi global. Imbasnya bisa mengurangi konsumsi bahan bakar.
Pada akhir pekan, hubungan kedua negara kembali memanas, usai Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan menaikkan tarif impor barang-barang China.
Pialang Eastport dalam catatannya menyatakan bahwa situasi yang memburuk antara Washington dan Beijing, menimbulkan risiko penurunan terhadap ekspetkasi permintaan produk minyak bumi.
Baca Juga
Namun, sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela menjadi sentimen positif untuk menguatkan harga minyak dunia. Sebab, pasar minyak masih dalam kondisi tegang karena AS memperketat sanksi kepada ekspor minyak Iran. Iran pun mengancam balik sanksi AS tersebut. Artinya negara di Timur Tengah itu bisa memulai kembali program nuklirnya.
Sanksi AS tersebut telah mengurangi separuh ekspor minyak mentah Iran selama setahun terakhir, menjadi di bawah 1 juta barel per hari. Pengiriman minyak mentah Iran pun diperkirakan turun hingga 500.000 barel per hari pada Mei.
Selain iran, Washington juga telah menjatuhkan sanksi pada pemerintah Venezuela di bawah Presiden Nicolas Maduro. Hal tersebut mengganggu pasokan dari negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC).
Goldman Sachs menyatakan pada Selasa (7/5/2019) melaporkan kenaikan harga Brent baru-baru ini mengambil harga terlalu rendah dalam menghadapi fundamental yang ketat dan meningkatnya risiko pasokan. Oleh sebab itu, bank Amerika itu memperkirakan, rebound jangka pendek untuk harga Brent.
Goldman pun memperkirakan harga minyak mentah akan turun pada akhir tahun ini di level US$65,50 per barel pada kuartal III/2019.
Sementara itu, Bank of America Merrill Lynch memperkirakan, Arab Saudi akan meningkatkan produksi minyak secara perlahan, ketika Iran keluar dari pasar. Dengan kondisi tersebut, mereka menilai harga minyak mentah Brent berada pada level US$70 per barel.