Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS-China Memanas, Yen Makin Perkasa

Mata uang Negeri Sakura, Yen, berhasil mempertahankan penguatannya melawan dolar AS di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.
Mata uang Yen Jepang/Istimewa
Mata uang Yen Jepang/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang Negeri Sakura, Yen, berhasil mempertahankan penguatannya melawan dolar AS di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (7/5/2019) pukul 14.53 WIB, yen di pasar spot terapresiasi 0,108% atau 0,12 poin menjadi 110,64 yen per dolar AS. Selama sepekan, yen telah menguat 0,705% melawan dolar AS.

Yen berhasil menguat 0,759% selama 1 bulan terakhir dan memimpin kinerja penguatan mata uang di saat mayoritas mata uang kelompok Asia bergerak di zona merah. Adapun, yen sempat menyentuh level 110,28 yen per dolar AS pada perdagangan Senin (6/5/2019), menjadi level terendahnya sejak 28 Maret 2019.

Hal tersebut diakibatkan oleh ancaman Presiden AS Donald Trump yang mengatakan melalui akun twitternya, akan menaikkan tarif impor China pada pekan ini, jika China tidak segera menyepakati kesepakatan perdagangan dengan AS.

Ahli Strategi Sumitomo Mitsui DS Asset Management Tokyo Masahiro Ichikawa mengatakan bahwa yen cenderung menguat karena investor gugup negosiasi perdagangan antara AS dan China yang telah berlangsung beberapa bulan terakhir akan gagal sehingga menghambat pertumbuhan global.

Yen diburu investor karena dianggap sebagai pelabuhan yang aman pada saat situasi ketidakpastian pasar meningkat, mengingat status Jepang sebagai kreditor terbesar di dunia dan memiliki banyak aset di luar negeri.

Masahiro memprediksi sentimen ini akan mempengaruhi pasar sepanjang pekan ini. "Namun, yen tidak diperkirakan akan naik berlebihan karena dolar AS di sisi lain juga menguat terhadap beberapa mata uang mayor lainnya," ujar Masahiro seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (7/5/2019).

Dolar AS berhasil mempertahankan posisinya melawan beberapa mata uang mayor lainnya, bahkan ketika komentar dari pejabat perdagangan AS bahwa China tidak memegang komitmennya dari pejabat perdagangan yang membebani hasil obligasi AS dan pasar saham berjangka.

Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Perdagangan Steven Mnuchin mengatakan bahwa China telah menjauh dari komitmen yang dibuat selama negosiasi perdagangan.

Pemerintah AS memberikan waktu hingga 10 Mei 2019 agar pihak China bisa mulai bekerjasama lagi untuk mencapai kesepakatan perdagangan AS.

Sementara itu, Ahli Strategi Mata Uang Senior Daiwa Securities Yukio Ishizuki mengatakan bahwa jika melihat dari perspektif China, putusnya negosiasi dengan AS tidak begitu menguntungkan bagi perekonomian domestik. "Saya pikir China ingin mendapatkan kesepakatan dengan cara apa pun," ujar Yukio seperti dikutip dari Reuters, Selasa (7/5/2019).

Hal tersebut seiring dengan China, yang sebelumnya dikabarkan mempertimbangkan untuk menunda perundingan perdagangan di AS pada Rabu mendatang, mengatakan akan tetap mengirimkan delegasinya ke AS untuk negosiasi perdagangan.

Yukio menambahkan terdapat pembicaraan bahwa AS dan China mungkin akan mencapai kesepakatan perdagangan pada pekan ini atau negosiasi akan tetap berjalan tetapi akan memakan waktu lebih lama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper