Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Isu Dagang AS-China Memanas, Yen Diburu Investor

Mata uang aset investasi aman, yen, menguat pada perdagangan Senin (6/5/2019) setelah Presiden AS Donald Trump mengancam untuk meningkatkan tarif impor China dan memberikan tekanan pada aset berisiko.
Perang dagang AS China/istimewa
Perang dagang AS China/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang aset investasi aman, yen, menguat pada perdagangan Senin (6/5/2019) setelah Presiden AS Donald Trump mengancam untuk meningkatkan tarif impor China dan memberikan tekanan pada aset berisiko.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (6/5/2019) pukul 12.11 WIB, yen menguat 0,29% melawan dolar AS pada level 110,78 yen per dolar AS.

Chief Operating Officer Rakuten Nick Twidale mengatakan bahwa investor berharap bahwa langkah Presiden AS Donald Trump yang mengancam kenaikan tarif untuk China merupakan hanya taktik negosiasi daripada pernyataan niat.

Investor merespons ancaman Trump tersebut dengan membeli yen yang dianggap sebagai pelabuhan yang aman di saat situasi ketidakpastian pasar meningkat.

Hal tersebut mengingat status Jepang sebagai kreditor terbesar di dunia dan memiliki banyak aset di luar negeri. "Tanda-tanda bahwa kesepakatan akan didorong lebih jauh dari jalur aman atau tidak ada kemajuan sama sekali dapat mengirim pasar ke kejatuhan," ujar Nick seperti dikutip dari Reuters, Senin (6/5/2019).

Presiden AS Donald Trump memberikan tekanan terhadap China agar dapat mencapai kesepakatan perdagangan dengan mengumumkan pihaknya akan menaikkan tarif AS atas barang-barang China senilai US$200 miliar pekan ini dan menargetkan ratusan miliar lainnya lebih cepat.

Pengumuman secara tiba-tiba melalui akun twitternya menandai perubahan besar dalam nada Trump belakangan ini, yang telah mengutip kemajuan yang baik dalam pembicaraan perdagangan dan memuji hubungannya dengan Presiden China Xi Jinping.

Wall Street Journal melaporkan, China kemungkinan bakal membatalkan pembicaraan perdagangan dengan delegasi AS di Washington yang direncanakan akan dilaksanakan pada Rabu (8/5/2019).

Di sisi lain, likuiditas pasar secara keseluruhan masih tipis karena Jepang masih dalam masa libur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper