Bisnis.com, JAKARTA — Emas melanjutkan penguatan setelah China mempertimbangkan untuk menunda perjalanan negosiator perdagangan utamanya ke AS setelah Presiden AS Donald Trump mengancam untuk menaikkan dua kali lipat tarif impor China pada pekan ini.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (6/5/2019) pukul 13.29 WIB, harga emas di bursa Comex bergerak naik 0,19% menjadi US$1.281 per troy ounce. Sementara itu, harga emas di pasar spot naik 0,15% menjadi US$1.283,2 per troy ounce.
Analis Phillip Futures Singapura Benjamin Lu mengatakan bahwa meningkatnya ketegangan perdagangan antara dua negara ekonomi terbesar di dunia, AS dan China, telah mengurangi selera investor untuk berinvestasi aset berisiko.
"Dengan China mempertimbangkan pembatalan perundingan perdagangan, permintaan emas sebagai aset safe haven tampaknya siap untuk mendapatkan kembali kekuatan di tengah ketidakpastian pasar yang berkembang pekan ini," ujar Benjamin seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (6/5/2019).
Benjamin memprediksi laju pergerakan emas akan berada di posisi bullish dengan bergerak pada kisaran US$1.265 per troy ounce hingga US$1.302 per troy ounce.
Adapun, Wakil Perdana Menteri China Liu He dijadwalkan tiba di Washington pada Rabu (8/5/2019) yang diprediksi menjadi putaran perundingan perdagangan terakhir.
Namun, rencana tersebut terancam gagal setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan melalui akun twitternya bahwa pihaknya akan menaikkan dua kali lipat tarif impor China sebesar US$200 miliar dan memperpanjang tarif 25% baru pada biaya impor sebesar US$325 miliar yang belum tercakup saat ini.
Trump menilai negara panda tersebut terlalu lama untuk menyetujui draf kesepakatan yang diajukan Amerika Serikat.
AS menargetkan dapat mengumumkan hasil kesepakatan perdagangannya dengan China pada 10 Mei 2019 yang kemudian akan dilanjutkan penandatanganan secara resmi oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.