Bisnis.com, JAKARTA - Laba bersih emiten telekomunikasi pelat merah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. tergerus pada 2018 karena kenaikan beban operasional.
Berdasarkan laporan keuangan per Desember 2018, emiten bersandi saham TLKM mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 18,57 persen menjadi Rp18,03 triliun secara tahunan (year-on-year/yoy) dari posisi Rp22,14 triliun pada 2017.
Dari keterangan resmi yang diterima Bisnis, TLKM mencatatkan kenaikan beban operasional perseroan sebesar 12,5 persen menjadi Rp71,6 triliun pada tahun lalu sejalan dengan investasi pembangunan infrastruktur broadband, baik mobile maupun fixed line.
Namun demikian, perseroan tetap dapat mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 1,97 persen menjadi Rp130,78 triliun secara tahunan pada 2018 dibandingkan dengan pendapatan pada tahun sebelumnya sebesar Rp128,25 triliun.
TLKM mengklaim bisnis digital yang meliputi konektivitas broadband dan layanan digital telah mejadi mesin pendorong pertumbuhan pada tahun lalu.
Adapun bisnis digital TLKM mengalami peningkatan signifikan sebesar 23,1 persen pada 2018, yang membuat kontribusinya menjadi semakin dominan sebesar 63,0 persen dari sebelumnya 52,1 persen pada 2017.
Baca Juga
Direktur Utama Telkom Alex J. Sinaga menyampaikan, perseroan bakal mampu membukukan kinerja yang lebih baik pada tahun ini mengingat pertumbuhan pendapatan yang signifikan dari bisnis digital pada tahun lalu tersebut.
“Dengan pertumbuhan pendapatan bisnis digital di tahun 2018 sebesar 23,1 persen yoy yang mengkontribusi 63 persen pendapatan perseroan serta didukung oleh investasi pada infrastruktur broadband yang berkelanjutan, kami optimis perseroan akan membukukan kinerja, baik pendapatan, EBITDA maupun laba bersih yang jauh lebih baik pada tahun 2019,” katanya melalui keterangan resmi, Selasa (30/4/2019).
Adapun dari segmen mobile, entitas anak TLKM yaitu Telkomsel membukukan pendapatan sebesar Rp89,3 triliun, EBITDA sebesar Rp47,4 triliun dan laba bersih senilai Rp25,5 triliun.
Dengan adanya kewajiban registasi kartu SIM pada tahun lalu, jumlah pelanggan Telkomsel per akhir 218 tercatat sebanyak 163,0 juta pelanggan.
Namun, pada waktu bersamaan, Telkomsel juga telah membangun 28.376 Base Tranceiver Station (BTS) baru yang seluruhnya berbasis teknologi 4G LTE. Dengan demikian, per akhir tahun 2018, jangkauan 4G LTE milik Telkomsel telah tersebar ke lebih dari 90 persen populasi.
Sementara itu, lalu lintas layanan mobile data pada 2018 tercatat naik 101,7 persen yoy menjadi 4.373.077 terabyte, yang utamanya didorong oleh jumlah pelanggan data sebanyak 106,6 juta pelanggan atau 65,4 persen dari total pelanggan Telkomsel.
Dari segmen Consumer, jumlah pelanggan IndiHome mencatat pertumbuhan sebesar 72,2 persen menjadi 5,1 juta pelanggan per akhir 2018. Pencapaian tersebut pun menjadikan IndiHome sebagai pemimpin pasar di bisnis fixed broadband dengan pangsa asar sekitar 80 persen.
Adapun, IndiHome juga mencatat kenaikan pendapatan sebesar 66,9 persen dan memberikan kontribusi sebesar 82,9 persen terhadap pendapatan TLKM dari segmen Consumer, meningkat dari 62,2 persen pada tahun sebelumnya. Dengan demikian, pendapatan segmen Consumer TLKM meningkat 25,1 persen menjadi Rp13,9 triliun.
Selanjutnya, segmen enterprise mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 10,1 persen secara tahunan menjadi Rp21,1 triliun.
Pendorong utama pertumbuhan pendapatan tersebut diklaim berasal dari layanan IT Service yang tumbuh sebesar 48,2 persen.
Segmen Wholesale and International Business juga mencatat kenaikan pendapatan sebesar 35,6 persen menjadi Rp10,1 triliun secara yoy dari Rp7,4 triliun pada tahun 2017. Dengan demikian, kontribusi bisnis digital pada segmen ini pada tahun 2018 meningkat menjadi 57 persen dari 53 persen di tahun 2017.
Per akhir 2018, TLKM telah memiliki total BTS sebanyak 189.081 unit dengan BTS 3G dan 4G LTE sebanyak 138.771 unit, sedangkan jaringan backbone serat optik mencapai panjang 161.652 km.