Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Melemah Usai Trump Minta OPEC Turunkan Harga

Mengawali pekan, harga minyak dunia terpantau berada di zona merah pada perdagangan pagi ini, Senin (29/4/2019).
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Mengawali pekan, harga minyak dunia terpantau berada di zona merah pada perdagangan pagi ini, Senin (29/4/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 09.00 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate melemah 0,62% atau 0,39 poin ke level US$62,91 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah Brent turun 0,57% atau 0,41 poin ke level US$71,74 per barel.

Perolehan ini melanjutkan pelemahan sejak Jumat pekan lalu, sekaligus mengakhiri  reli. Hal ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump meminta produsen-produsen minyak yang tergabung dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) menaikkan produksi.

Bank ANZ menyatakan, harga minyak tertekan usai Trump mengindikasikan akan berbicara dengan Arab Saudi soal pengurangan dampak ekspor minyak Iran yang lebih rendah, dengan peningkatan produksi.

Pada Jumat (26/4/2019), Trump mengatakan, telah menghubungi OPEC dan berbicara kepada mereka untuk menurunkan harga minyak. “Harga bensin turun. Saya telah menghubungi OPEC, saya katakan kalian [OPEC] harus menurunkannya. Kalian harus menjatuhkan [harga minyak],” katanya kepada wartawan, dikutip dari Reuters, Senin (29/4/2019).

Pada bulan ini, reli harga minyak mendapatkan momentum setelah Trump memperketat sanksi terhadap Iran dengan mengakhiri semua keringanan. Para trader mengatakan, fokus pasar kini beralih pada upaya pengurangan pasokan sukarela yang dipimpin oleh OPEC dan sekutunya sejak awal tahun.

Namun sejumlah analis mengatakan bahwa kerja sama ini mungkin tidak akan bertahan melebihi pertemuan antara OPEC dan sekutunya termasuk Rusia pada Juni mendatang.

Sementara itu, Rusia menyatakan, akan dapat memenuhi kebutuhan permintaan minyak China karena Beijing mencoba mengganti importir selain Iran. Edward Moya, analis senior di broker berjangka OANDA mengatakan, Rusia tampaknya memiliki alasan untuk melanjutkan peningkatan produksi. “Kami tidak akan melihat OPEC+ untuk memperpanjang pengurangan produksi,” katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper