Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Melemah, IHSG Berbalik Menguat pada Akhir Sesi I

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG berbalik menguat 0,05 persen atau 2,90 poin ke level 6.375,69 pada akhir sesi I, setelah dibuka di zona merah dengan pelemahan 0,36 persen atau 22,86 poin ke level 6.349,92.
Pengunjung beraktivitas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Rabu (13/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Pengunjung beraktivitas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Rabu (13/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik menguat pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Jumat (26/4/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG berbalik menguat 0,05 persen atau 2,90 poin ke level 6.375,69 pada akhir sesi I, setelah dibuka di zona merah dengan pelemahan 0,36 persen atau 22,86 poin ke level 6.349,92.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.321,66 – 6.381,52. Adapun pada perdagangan Kamis (25/4), IHSG ditutup melemah 1,16 persen atau 75,09 poin di level 6.372,79.

Empat dari sembilan indeks sektoral menetap di zona hijau, dipimpin sektor infrastruktur yang menguat 0,65 persen. Di sisi lain, lima sektor melemah, didorong oleh sektor pertanian yang turun 0,38 persen.

Sebanyak 181 saham menguat, 179 saham melemah, dan 272 saham stagnan dari 632 saham yang diperdagangkan hari ini.

Saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang masing-masing menguat 2,59 persen dan 0,27 persen menjadi penopang utama penguatan IHSG siang ini.

IHSG menguat di saat mayoritas bursa saham lainnya di kawasan Asia justru melemah, di antaranya indeks Topix dan Nikkei 225 yang melemah masing-masing 0,55 persen dan 0,58 persen, sedangkan indeks Shanghai Composite turun 0,78 persen.

Dilansir Bloomberg, bursa saham Asia melemah menyusul pesan beragam dari bursa saham AS saat musim laporan pendapatan berlanjut.

Seiring bergulirnya laporan pendapatan, investor mencari alasan untuk menghidupkan kembali reli risiko global. Sebagian besar kinerja emiten yang positif sejauh ini telah mengurangi kecemasan atas ekonomi global, meskipun kekhawatiran baru di sejumlah pasar negara berkembang dari Turki hingga Argentina mengurangi minat investor terhadap aset berisiko.

Investor juga mengawasi ketat data produk domestik bruto kuartal pertama AS yang akan dirilis hari ini waktu setempat.

"Kami berada dalam lingkungan ekonomi yang pertumbuhannya relatif lebih lambat dan ekspektasi pendapatan lebih rendah," kata Ryan Primmer, kepala solusi investasi di UBS Asset Management, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper