Bisnis.com, JAKARTA -- Target pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) belum pernah benar-benar menjadi perhatian para emiten di Indonesia.
Untuk itu, sejumlah institusi bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) mengajak para perusahaan tercatat untuk membuat pelaporan bisnis terhadap pencapaian tujuan SDGs tersebut.
Adapun, sebagian besar perusahaan tampak lebih mementingkan persoalan bottom-line ketimbang repot-repot memikirkan soal lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Fransiscus Welirang mengungkapkan sejauh ini para emiten memang cenderung lebih tertutup dan belum membuka diri dalam memperlihatkan upaya-upaya yang dilakukan perseroan untuk mendukung target-target SDGs yang ditetapkan oleh PBB tersebut.
“Di Indonesia ini, hampir semua perusahaan itu memiliki aktivitas CSR (Corporate Social Responsibility). Dengan [pelaporan bisnis] SDGs ini, CSR [diharapkan] lebih bisa fokus dan bisa terukur. Kalau fokus dan terukur, maka orang lebih berani terbuka,” katanya Franky di Jakarta, Kamis (25/4/2019).
Selanjutnya, Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk. itu menyampaikan dengan adanya laporan bisnis SDGs, para investor juga diharapkan dapat memberikan respons melalui pembentukan nilai saham (creating shares value). Bahwasanya, harga saham nantinya akan mencerminkan penghargaan dari investor terhadap emiten yang mendukung target-target SDGs.
Baca Juga
Semestinya, kata Franky, kepedulian emiten terhadap alam dan lingkungan bisa mendapat penilaian yang baik dari para pembeli saham dan dapat dijadikan salah satu pertimbangan para analis bisnis dalam menyusun risetnya.
“Saya punya analis bisnis, yang dia tulis kan hanya prospek bisnis, tapi apa yang saya perbuat untuk alam tidak dihargai. Belum dihargai,” imbuhnya.
Menurut Franky, kepedulian emiten terhadap alam dan lingkungan tidak bisa hanya dilakukan sendiri oleh perusahaan tersebut. Di dalam prosesnya harus pula mendapat dukungan dari para investor yang nantinya tercermin dalam apresiasi terhadap nilai perseroan.
Dirinya menilai, sejauh ini memang belum banyak pihak yang benar-benar memperhatikan masalah-masalah yang terkait dengan alam maupun lingkungan.
Franky memberikan contoh hutan kota di Jakarta yang tidak banyak mendapat perhatian, baik dari pemerintah maupun dari perusahaan besar. Padahal, semua korporasi besar berkantor pusat di Jakarta.
“Contohnya, hutan kota di Jakarta kan ada dua. Di Srengseng dan hutan mangrove di PIK. Yang kita ributin hutan yang di mana, yang di depan mata saja tidak diperhatikan. Ayo rame-rame, berbusa buat mengajak semuanya,” ujar Franky.
Adapun, pemeliharaan alam tidak hanya memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Franky menilai, dengan lestarinya alam juga dapat menarik modal, seperti menjadikan kawasan alam sebagai tempat pariwisata maupun sebagai laboratorium alam.
Di AEI sendiri, Franky menyatakan telah mengimbau kepada para anggotanya untuk berbuat sesuatu untuk menjaga alam dan lingkungan sembari mengembangkan bisnis.
Selama ini, yang terjadi adalah perusahaan memberikan CSR maupun beasiswa tanpa mengetahui apakah hasil dari pemberian tersebut berkontribusi baik bagi alam dan lingkungan.
“CSR dulu itu lebih kepada apa yang diperbuat. Tapi apa yang dihasilkan dari perbuatan itu tidak terlihat. SDGs menginginkan dampaknya. Jadi, sehingga waktu kita mengivestasikan uang itu tidak sia-sia,” ujar Franky.
Adapun ketimbang memberikan regulasi kepada para emiten agar semuanya mendukung target-target SDGs, Franky lebih memilih untuk menumbuhkan kesadaran dari masing-masing pihak. Harapannya, ukuran yang tercermin dalam laporan bisnis terhadap pecapaian target SDGs dapat menjadi salah satu kriteria investor dalam memberikan harga terhadap saham emiten.
Sera Noviany selaku Manager Sustainability and Stakeholders Engagement of APP (Asia Pulp and Paper) menyampaikan bahwa kedua emiten kertas milik Grup Sinarmas yaitu PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. (TKIM) dan PT Indah Kiat Pupl & Paper (INKP) telah konsisten untuk mencapai target SDGs nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 13, 12, 15, dan 17.
“APP punya strategi jangka panjang untuk menempatkan aspek-aspek berkelanjutan, baik di industri maupun pelestarian hutan,” kata Sera dalam Seminar Kerja Sama antara BEI dengan Global Reporting Initiative yang bertajuk Business Reporting on the Sustainable Development Goals yang diadakan di Gedung Main Hall BEI, Kamis (25/4/2019),
SDGs merupakan agenda global PBB guna mendorong pembangunan berkelanjutan untuk mengatasi kemiskinan, kesenjangan, dan perubahan iklim dalam bentuk aksi nyata yang dicanangkan melalui Resolusi PBB pada 21 Oktober 2015.
SDGs adalah kelanjutan dari Millenium Development Goals (MDGs) yang berakhir pada 2015. SDGs diberlakukan dengan prinsip-prinsip universal, integrasi, dan inklusif untuk meyakinkan bahwa tidak akan ada seorang pun yang terlewatkan (No-one Left Behind) yang terdiri dari 17 tujuan dan 169 target.