Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan rupiah semakin terpojok, melemah cukup signifikan pada perdagangan Rabu (24/4/2019) masih didorong oleh kuatnya indeks dolar AS dan perang dagang antara AS dan Uni Eropa.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (24/4/2019) pukul 10.57 WIB, rupiah masih melanjutkan pelemahan dengan menurun 0,297% menjadi Rp14.122 per dolar AS. Rupiah menjadi mata uang urutan ketiga dengan kinerja terburuk di antara kelompok mata uang Asia. Pada pukul 13.35 WIB, rupiah melemah hingga 44poin ke Rp14.124.
Mengutip riset harian Asia Trade Point Futures, dolar AS semakin menunjukkan keperkasaannya seiring dengan menguatnya pasar sektor perumahan AS periode Maret 2019 yang dirilis Selasa (23/4) malam.
Tercatat, data penjualan rumah baru AS tumbuh sebesar 692.000 atau lebih tinggi daripada ekspetasi pasar. "Angka ini tercatat berada dilevel tertinggi November 2017 dan secara umum data ini membuat nilai tukar mata uang dolar AS cenderung menguat dihadapan mata uang utama lainnya," tulis Asia Trade Point Futures seperti dikutip dalam risetnya, Rabu (24/4/2019).
Selain itu, harga minyak yang tinggi juga menjadi katalis negatif bagi pergerakan rupiah. Kondisi tersebut membuat pelaku pasar kembali dilanda kekhawatiran terhadap transaksi berjalan yang akan melebar karena Indonesia merupakan negara net importir minyak.
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump kembali memberikan ancaman perang dagang terhadap Uni Eropa yang dipicu oleh berkurangnya laba perusahaan kendaraan, Harley Davidson, hingga turun 27%.
Trump mengklaim bahwa penyebab berkurangnya laba tersebut diakibatkan tingginya pajak yang dikenakan oleh Uni Eropa. Trump membalas dengan rencana pengenaan pajak yang lebih tinggi dan mengancam untuk membatasi sepeda motor asing masuk ke pasar Amerika Serikat, dan mendukung boikot pabrikan Harley Davidson di Uni Eropa.