Bisnis.com, JAKARTA — Emiten jasa konstruksi, PT Meta Epsi Tbk., mengincar pertumbuhan kontrak baru 20% hingga 30% pada 2019.
Presiden Direktur Meta Epsi Kahar Anwar mengatakan perseroan mulai mendiversifikasikan perburuan kontrak baru dari proyek milik swasta. Pasalnya, portofolio perseroan selama ini didominasi oleh proyek pemerintah khususnya yang berasal dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
Pada 2018, dia menyebut kontrak baru yang didapatkan perseroan sekitar Rp600 miliar—Rp700 miliar. Dengan demikian, pihaknya mengharapkan realisasi tahun ini dapat tumbuh 20%—30%.
“Kalau dapat segitu berarti kontrak baru bisa sekitar Rp1 triliun,” ujarnya di Jakarta, Rabu (10/4/2019).
Untuk proyek milik Perusahaan Listrik Negara (PLN), dia memproyeksikan akan dilakukan lelang pada April 2019—Mei 2019. Selain dari korporasi setrum milik negara itu, MTPS juga membidik sejumlah proyek dari swasta seperti pembangunan pabrik kelapa sawit.
Seperti diketahui, perseroan resmi melakukan pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan harga pelaksanaan Rp320 per saham, Rabu (10/4/2019). MTPS melepas 30% saham atau setara dengan 625 juta lembar.
Dengan demikian, komposisi pemegang saham setelah penawaran umum perdana saham atau IPO yakni PT Anugerah Perkasa Semesta 34,26%, PT Central Energi Pratama 35,74%, dan publik 30%.
“Kami meraih dana baru Rp200 miliar,” ujar Direktur Meta Epsi Francis Indarto.
Francis mengatakan dana yang dihimpun akan digunakan untuk memperkuat modal kerja perseroan. Pihaknya juga memproyeksikan prospek bisnis jasa konstruksi masih prospektif sejalan dengan pembangunan yang dilakukan di dalam negeri.
Selanjutnya, MTPS juga akan menerbitkan Waran Seri I yang juga mulai diperdangkan bersamaan dengan pencatatan saham perdana di BEI. Emiten yang bergerak di bidang EPC itu menerbitkan 500 juta Waran Seri I dengan harga pelaksanaan Rp400.
Adapun, rasio saham dengan Waran Seri I yakni 10:8. Artinya, setiap pemegang 10 saham baru akan memperoleh 8 Waran Seri I.
Per September 2018, MTPS tercatat memiliki total liabilitas Rp74,44 miliar. Sementara itu, total ekuitas tercatat senilai Rp132,75 miliar.
Dengan demikian, total aset yang dimiliki senilai Rp207,19 miliar per akhir September 2018.