Bisnis.com, JAKARTA--Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan bahwa pagi ini, Rabu (10/4/2019) pasar obligasi berpotensi melemah terbatas.
Maximilianus Nico Demus, Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, mengatakan bahwa antusias lelang masih terjaga kemarin.
Namun, tingginya yield yang diminta mendorong imbal hasil sekunder pada akhirnya kembali untuk ikut mengalami kenaikkan.
Hanya saja, sisi baiknya adalah, penurunan harga obligasi yang selama ini dinantikan telah terjadi. Tentu hal ini sangat baik bagi harga obligasi.
Pasalnya, hal ini memberikan potensi yang lebih besar untuk terjadinya kenaikan harga obligasi pada saat pemilu usai, yang tentunya akan mendorong imbal hasil obligasi untuk terus turun.
Nico mengatakan, fokus utama pagi ini adalah berita dari Spring Meeting IMF di Washington. IMF kembali memangkas prospek pertumbuhan global ke level terendahnya sejak krisis keuangan, dan akan lebih menuju potensi yang kurang baik di sebagian negara majubdan tanda-tanda efek perang dagang mulai terlihat membebani perdagangan.
Ekonomi dunia akan tumbuh 3,3% tahun ini, turun dari 3,5% yang diperkirakan oleh IMF untuk tahun 2019. Tingkat pertumbuhan 2019 akan menjadi yang terlemah sejak 2009 dan ini merupakan penurunan proyeksi IMF ketiga kalinya dalam 6 bulan.
IMF juga menyampaikan bahwa volume perdagangan barang dan jasa global akan meningkat 3,4% tahun ini, lebih rendah dari 2018 lalu yang mengalami kenaikan 3,8%. Nilai 3,4% merupakan proyeksi yang lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yaitu di 4%.
Pertumbuhan ekonomi global akan pulih pada sesi kedua tahun ini yang pada akhirnya naik dari 3,4% menjadi 3,6%.
Serangkaian optimisme mulai hadir di pasar global, salah satunya dengan penahanan tingkat suku bunga The Fed, dan data seltor manufaktur China serta pasar tenaga kerja Amerika yang membaik.
Namun, risiko tetap akan hadir tahun ini yang di mana ada kemungkinan negosiasi Amerika dan China kembali gagal, dan Brexit yang akan dilaksanakan tanpa adanya kesepakatan.
IMF memangkas proyeksi pertumbuhan Amerika menjadi 2,3% tahun ini, turun 0,2 poin dari yang disampaikan terakhir pada bulan Januari. Di zona Euro sendiri, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan menjadi 1,3% tahun ini, turun 0,3 poin dari bulan Januari lalu.
Namun, yang menarik adalah, ketika Amerika dan Euro di pangkas proyeksinya, IMF justru menaikkan proyeksi untuk China dengan tingkat pertumbuhan naik 0,1 poin dari bulan Januari lalu menjadi 6,3% tahun ini.
Tentu hal ini merupakan sesuatu yang baik di.tengah tengah sentimen akan perlambatan ekonomi China. Pelan tapi pasti, China mulai bangkit.
Ada pesan dari Presiden Trump kemarin di Spring Meeting. Perang perdagangannya belum usai, dan AS hanya harus menghadapi melemahnya ekonomi global.
Trump hadir dengan ancaman terbarunya yaitu memberlakukan tarif impor senilai US$11 miliar dari Uni Eropa, dari helicopter hingga keju Roquefort.
Pesan Trump sangat jelas, bahwa Trump juga ingin menulis ulang tarif tarif tersebut, tidak hanya China saja.
"Kami melihat presiden Trump semakin aggresif untuk melakukan berbagai hal sebelum kampanye pemilunya tahun depan. Dan hal ini hanya akan meningkatkan resiko global. Kami merekomendasikan jual hari ini," katanya dalam riset harian, Rabu (10/4/2019).