Bisnis.com, JAKARTA—Grup konglomerasi dengan bisnis yang paling terdiversifikasi akan lebih prospektif tahun ini di tengah gejolak eksternal yang masih masih membayangi serta kinerja ekonomi global yang diperkirakan tumbuh terbatas.
Janson Nasrial, Senior Vice President Royal Investium Sekuritas, mengatakan bahwa di antara seluruh grup konglomerasi yang ada, Grup Astra, MNC, Djarum, Sinarmas, dan Salim adalah yang paling prospektif.
Grup Astra merupakan yang paling terdiverfisikasi produknya, sehingga diperkirakan akan paling mampu memitigasi risko ekonomi. Astra mengelola bisnis komoditas sawit, tambang batu bara dan emas, finansial, otomotif dan infrastruktur.
“Diversifikasi lini bisnis tersebut bisa memitigasi risiko yang sifatnya lebih ke bisnis tertentu. Misalnya, harga komoditas sawit atau batu bara turun, tetapi adanya produksi emas Martabe bisa mendongkrak laba Grup Astra, khususnya dari subunit UNTR,” kata Janson, Minggu (7/4/2019).
Sementara itu, Grup Djarum terbantu oleh sektor perbankan yang masih melanjutkan kinerja cemerlang tahun lalu. Laba bersih BBCA masih berhasil tumbuh dua digit tahun lalu. Selain itu, Grup Djarum juga disokong sejumlah portofolio properti perhotelan yang dimilikinya.
Grup MNC terbantu oleh menggeliatnya sektor media yang ditopang momentum pilpres dan pilleg. Hanya saja, tutur Janson, Grup MNC agak terhambat oleh posisi leverage-nya yang terbilang tinggi.
Grup-grup yang mengandalkan sektor properti seperti Ciputra dan Sinarmas juga berpotensi mulai menikmati keuntungan. Janson menilai, sektor properti tampaknya sudah mulai melewati fase bottoming, walaupun labanya masih tumbuh moderat.
Selain itu, Grup Salim juga masih berpotensi menikmati pertumbuhan yang moderat tahun ini. Grup Salim terbantu oleh lini bisnis CBP dan boga sari yang minimal masih bisa membantu laba Grup Salim tumbuh moderat.
Sepanjang 2018 lalu, kinerja grup konglomerasi bervariasi. Grup konglomerasi yang masih mampu membukukan kinerja laba yang tinggi antara lain Astra, MNC, Djarum, Sinarmas, Ciputra, Panin dan Kresna.
Kendati beberapa emiten dalam grup-grup tersebut ada yang membukukan penurunan pendapatan atau bahkan masih merugi, secara konglomerasi kinerja grup masih tetap positif dan tumbuh dua digit.
Sementara itu, grup-grup dengan kinerja yang cukup terbatas antara lain Sampoerna dan Salim. Selain itu, sejumlah grup masih membukukan kinerja konglomerasi yang melemah, seperti Bakrie, Rajawali, Mayapada, Lippo, Indika, Saratoga, Mahaka, dan Emtek.