Bisnis.com, JAKARTA -- Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan pasar obligasi akan dibuka bervariasi pada Jumat (5/4/2019), dengan potensi naik dan turun sebesar 50 bps.
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan bahwa pada akhirnya, pasar obligasi memiliki posisi sideways pada pekan ini.
Dia menuturkan naik dan turunnya pasar obligasi masih belum dapat dikatakan sebagai arah selanjutnya dari pasar obligasi. Namun, tekanan turun masih lebih besar daripada potensi untuk naik.
Hari ini, angin sejuk akan berasal dari pertemuan antara AS dan China yang akan kembali berlangsung, mempertemukan Wakil Perdana Menteri China Liu He dengan Presiden AS Donald Trump. Trump menyampaikan bahwa kesepakatan antara kedua negara masih belum siap, tetapi perjanjian yang sangat monumental ini akan diumumkan dalam kurun waktu 1 bulan.
Hal mendasar yang masih dibahas adalah perlindungan kekayaan intelektual, beberapa sektor dengan tarif tertentu, dan komitmen untuk menjalankan kesepakatan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengungkapkan Presiden Trump telah menyatakan harapannya untuk bertemu lagi dengan Presiden China Xi Jinping. Presiden Xi juga disebut berharap dapat menjaga komunikasi dengan Trump melalui berbagai cara.
Nico melanjutkan awalnya, pihaknya berharap bahwa konflik dagang AS-China dapat selesai pada April 2019 karena dapat mendorong lebih banyak lagi pergerakan indeks global dan pergerakan pasar modal dalam negeri. Apalagi, April merupakan bulan digelarnya Pemilu di Indonesia.
Namun, tampaknya penyelesaian sengketa dagang dua ekonomi terbesar dunia itu masih akan terus berlanjut hingga Mei 2019.
Beralih dari sana, Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May menyampaikan bahwa pihaknya telah mengadakan pembicaraan selama sekitar 4,5 jam mengenai Brexit secara detail dan produktif dengan Partai Buruh. Kedua belah pihak juga menyampaikan akan bertemu kembali.
Kanselir Jerman Angela Merkel pun sudah berjanji untuk menghindari Brexit tanpa kesepakatan. Selain itu, Pemerintah Inggris akhirnya mengganti enam menteri yang mengundurkan diri karena menentang rencana Brexit dari May.
Kembali ke dalam negeri, Bank Indonesia (BI) dipastikan akan mempertahankan suku bunganya untuk saat ini, mengingat masih adanya ketidakpastian global. Bank sentral juga menyampaikan akan beralih ke kebijakan makroprudensial untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
BI menegaskan akan melihat stabilitas eksternal, saat ini. Bank sentral juga mengatakan ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi bakal meningkat pada tahun ini dan otoritas perlu bekerja lebih keras untuk meningkatkan ekspor.
Relaksasi dalam makroprudensial akan mendukung pertumbuhan dan mengarah pada kenaikan pinjaman sebesar 12 persen, tahun ini. Fokusnya adalah meningkatkan konsumsi dan investasi masyarakat.
"Kami masih merekomendasikan wait and see pada hari ini, dengan potensi jual," tutur Nico dalam riset harian, Jumat (5/4).