Bisnis.com, JAKARTA—Nilai rata-rata transaksi investor di pasar saham sepanjang Februari – Maret 2019 menunjukkan penurunan dibandingkan pada Januari 2019. Hal itu diperkirakan karena sikap investor yang mulai menahan diri jelang pemilu serta karena valuasi IHSG yang mulai mahal.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, rata-rata nilai transaksi harian di pasar saham sempat meningkat dari Rp8,5 triliun pada 2018 menjadi Rp10,76 triliun pada Januari 2019.
Namun, pada Februari-Maret 2019 nilainya terus turun, sehingga rata-rata kuartal I/2019 tinggal Rp9,7 triliun per hari.
Kondisi ini berbeda dibandingkan tahun lalu. Pada Januari 2018, nilai rata-rata transaksi harian adalah sebesar Rp9,04 triliun, tetapi hingga akhir Maret 2018 justru meningkat ke posisi Rp10,54 triliun per hari.
Peningkatan aktivitas transaksi pada Januari 2019 menyebabkan laju indeks IHSG sangat tinggi kala itu, mencapai 5,46% year to date (ytd) dan ditutup di level 6.532,969.
Namun, turunnya aktivitas transaksi pada Februari – Maret 2019 menyebabkan IHSG bergerak konsolidatif dan ditutup di level yang lebih rendah, yakni 6.468,755. Secara ytd, peningkatan IHSG menjadi 4,43%.
Frederik Rasali, Vice President Research Artha Sekuritas, mengatakan bahwa pasar saham sudah mengalami apresiasi harga yang sangat tinggi di akhir tahun 2018 lalu, sehingga sekarang terlihat sudah cukup mahal.
Hal ini menyebabkan setelah rally pada Januari 2019, IHSG cenderung stabil dalam 2 bulan setelahnya. Aktivitas transaksi pun berkurang.
Frederik menilai, menjelang pemilu, baik investor lokal maupun asing masih akan tetap menahan diri untuk masuk ke pasar saham. Hal ini menyebabkan pergerakan pasar diperkirakan akan cenderung mendatar.
Investor asing akan hati-hati terhadap risiko global yang masih ada, seperti perang dagang atau Brexit. Aset berisiko seperti saham akan cenderung lebih dihindari, apalagi dengan adanya sentimen pemilu. Pasar saham kemungkinan baru akan menggeliat usai pemilu.
“Jadi, sebaiknya pada April ini investor tetap wait and see. Kalau untuk investasi jangka panjang, mungkin bisa mencari beberapa saham blue chip yang terdiskon, tetapi untuk trading rasanya belum tepat waktunya,” katanya melalui sambungan telepon, Kamis (4/4/2019).