Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gundah Harga Minyak Naik, Trump Kritik OPEC

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melancarkan kritik terbarunya terhadap OPEC soal minyak mentah. Kartel minyak tersebut didesaknya untuk meningkatkan produksi karena harga minyak semakin tinggi.
Markas OPEC di Wina, Austria/Reuters-Leonhard Foeger
Markas OPEC di Wina, Austria/Reuters-Leonhard Foeger

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melancarkan kritik terbarunya terhadap OPEC soal minyak mentah. Kartel minyak tersebut didesaknya untuk meningkatkan produksi karena harga minyak semakin tinggi.

Ini menjadi kritik kedua yang disampaikan Trump dalam Twitter untuk mendesak OPEC menghentikan kebijakan pengurangan produksinya yang tengah berjalan.

Namun, tidak seperti tahun lalu, ketika kecaman Trump serta merta memicu perubahan dalam kebijakan minyak Arab Saudi, sejauh ini OPEC tampak mengabaikan komentarnya.

Harga minyak mentah memperlihatkan reaksi tak signifikan pada sesi perdagangan Kamis (28/3/2019), dengan turun sekitar 35 sen sebelum akhirnya mampu naik di atas level penutupan perdagangan tersebut bersama dengan penguatan pasar saham AS.

“Cuitan [Trump] tampaknya memiliki imbas yang semakin berkurang akhir-akhir ini,” ujar Derek Brower, seorang direktur di RS Energy Group. "Semua yang dilakukan Arab Saudi saat ini menunjukkan tidak akan terlempar untuk mengakhiri upaya pengurangan [produksi] tahun ini.”

Seiring dengan berkurangnya potensi intervensi Trump, bahasa yang disampaikannya juga terdengar melunak. Bahasa dalam cuitannya di Twitter tahun ini tampak menyertakan kata "tolong" dan "terima kasih".

Awal bulan ini, Arab Saudi memimpin OPEC dan aliansinya untuk menegaskan kembali komitmen mereka terhadap pengurangan produksi. Tapi Saudi mengakui bahwa mereka harus menundanya hingga Juni untuk mengetahui keputusan apakah akan memperpanjang langkah ini.

West Texas Intermediate (WTI), patokan minyak mentah AS, telah naik sekitar 30% sejak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan aliansinya memulai putaran baru upaya pengurangan produksi pada awal tahun tahun.

Sementara itu, harga bensin di AS rata-rata berada di level tertinggi empat bulan. Hal ini meningkatkan kekhawatiran tentang dampak kebijakan OPEC terhadap konsumen di AS.

Di sisi lain, keinginan Trump untuk harga bahan bakar yang rendah memiliki keuntungan dan kerugian mengingat lonjakan minyak shale di AS telah mengubah negara adidaya ini menjadi produsen minyak mentah terbesar di dunia.

Output minyak AS telah melampaui 12 juta barel per hari sejak pertengahan Februari, meskipun sudah ada tanda-tanda melambatnya pertumbuhan. Menurut data Baker Hughes, jumlah rig pengeboran operasional telah turun selama lima pekan berturut-turut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper