Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penurunan Harga Minyak Akibat Sinyal Resesi AS Tak Mampu Kuatkan Rupiah

Penurunan harga minyak akibat sinyal resesi Amerika Serikat, tidak serta merta membawa rupiah ditutup di zona hijau pada penutupan perdagangan Senin (25/3/2019).
Karyawati Bank Mandiri menghitung mata uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Selasa (12/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawati Bank Mandiri menghitung mata uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Selasa (12/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Penurunan harga minyak akibat sinyal resesi Amerika Serikat, tidak serta merta membawa rupiah ditutup di zona hijau pada penutupan perdagangan Senin (25/3/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah ditutup di level Rp14.185 per dolar AS, melemah 0,16% atau turun 22 poin. 

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa koreksi harga minyak sesungguhnya adalah berkah bagi rupiah. Hal tersebut dikarenakan Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor komoditas tersebut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"Namun, sentimen penurunan harga minyak tidak banyak membantu rupiah. Padahal saat harga minyak turun maka ada harapan tekanan yang dihadapi oleh transaksi berjalan akan membaik," ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Senin (25/3/2019).

Sentimen rupiah lainnya adalah potensi adanya resesi dari Amerika Serikat. Ibrahim mengatakan, Federal Reserves memang tidak menyatakan secara implisit jika ekonomi AS terancam resesi, tetapi banyak ahli dan analis menakar potensi tersebut dari ucapan Ketua The Fed Jerome Powell yang tidak menaikkan suku bunga acuan hingga akhir tahun.

Bahkan, pada akhir tahun terdapat kemungkinan The Fed akan menggelontorkan stimulus atau menurunkan suku bunganya.

Selain itu, ketidakpastian Brexit yang diperpanjang setelah Uni Eropa mengabulkan permintaan Inggris untuk memundurkan tenggat waktu Brexit menjadi katalis negatif rupiah. Jika parlemen Inggris meloloskan proposal Brexit pada pekan ini maka tenggat waktu Brexit diperpanjang menjadi 22 Mei 2019.

Namun, jika parlemen kembali menolak proposal yang diajukan Perdana Menteri Inggris Theresa May, maka Inggris hanya memiliki waktu sampai 12 April 2019 untuk menyelesaikan proses keluarnya Inggris dari benua biru.

Oleh karena itu, Ibrahim mengatakan kemungkinan Inggris berpisah dari Uni Eropa tanpa kesepakatan masih terbuka dengan lebar sehingga perlambatan ekonomi global juga semakin tampak di depan mata.

Ibrahim memprediksi rupiah masih melemah dan diperdagangkan di level penguatan Rp14.156 per dolar AS dan level pelemahan di Rp14.220 per dolar AS,
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper