Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manfaatkan Momen Pilpres 2019, Emiten Minuman Ringan Pacu Penjualan

Emiten produsen minuman ringan memacu penjualan seiring dengan potensi pasar yang lebih besar pada tahun ini yang bersamaan dengan penyelenggaraan pemilihan presiden dan legislatif pada 2019. 
PT Sariguna Primatirta/Istimewa
PT Sariguna Primatirta/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten produsen minuman ringan memacu penjualan seiring dengan potensi pasar yang lebih besar pada tahun ini yang bersamaan dengan penyelenggaraan pemilihan presiden dan legislatif pada 2019. 

General Manager Public Relations PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk. Muhammad Muthassawar mengatakan, perseroan menargetkan penjualan dapat tumbuh di atas 10 persen pada tahun ini. Untuk mencapai target itu, emiten dengan kode saham ULTJ ini akan meningkatkan market share di pasar yang sedang bertumbuh, peningkatan distribusi, dan peluncuran produk baru. 

ULTJ memiliki produk susu segar UHT, minuman teh UHT, minuman kesehatan UHT, dan krimer kental manis. Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2018, penjualan bersih sebesar Rp4,23 triliun berasal dari produk minuman sebesar 97,14% dan produk makanan sebesar 2,86%. 

Azwar mengatakan, produk susu segar UHT berkontribusi sekitar 50% terhadap penjualan produk minuman, diikuti minuman teh UHT sebesar 40%, serta Ultra Sari Kacang Ijo dan Ultra Sari Asem Asli sebagai minuman kesehatan dan tradisional UHT sebesar 10%. 

Dia memperkirakan, produk Teh Kotak Jasmine Tea dan Flavored Tea dapat tumbuh di atas 5% pada tahun ini. Target ini dengan melihat perkembangan pada tahun lalu.  "Target Teh Kotak di atas 5%. Kami melihat perkembangan Teh Kotak pada tahun lalu," katanya, Selasa (19/3/2019). 

Produsen air minum dalam kemasan, PT Sariguna Primatirta Tbk. juga mengincar pertumbuhan agresif pada tahun ini. Emiten dengan kode saham CLEO ini mengincar pertumbuhan penjualan 40% di 2019. Adapun, pada 2018 perseroan memperkirakan penjualan 2018 tumbuh 35% atau mencapai Rp829,81 miliar. 

Direktur dan Corporate Secretary Sariguna Primatirta Lukas Setio Wongso mengatakan, target pertumbuhan ini seiring dengan penambahan produk baru yakni air minum beroksigen merek Super O2 yang telah berjalan, serta es batu dengan merek S-Tube yang dipasarkan di sekitar Jawa Timur. Di samping itu, perseroan berencana menambah varian produk baru untuk kategori air minum beroksigen yang saat ini masih dalam tahap pengembangan. 

"Target pertumbuhan sales 2019 minimal 40%. Target optimisnya 60%, mempertimbangkan adanya strategi pertumbuhan organik dan unorganik," katanya belum lama ini. 

Sebagai informasi, pada awal Januari 2019, perseroan mengakuisisi aset untuk produksi air minum oksigen senilai Rp23,21 miliar dari PT Triusaha Mitraraharja. Aset tersebut berupa mesin, peralatan, instalasi dan perlengkapan pabrik, persediaan barang, serta hak atas merek. Pembelian hak atas merek salah satunya Super O2. 

Selanjutnya, pada awal Februari 2019, CLEO kembali membeli aset untuk produksi air minum oksigen senilai Rp5 miliar dari PT Triusaha Mitraraharja. Aset itu berupa tanah dan bangunan pabrik yang berlokasi di Desa Ciambar Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. 

Direktur Independen PT Multi Bintang Indonesia Tbk. Bambang Britono mengatakan, perseroan akan melanjutkan momentum kenaikan penjualan minuman non alkohol pada tahun ini. Salah satu strategi perseroan yakni akan meluncurkan produk baru di segmen non alkohol. 

Pada 2018, penjualan minuman non alkohol tumbuh 13,36% menjadi Rp385,68 miliar. Segmen non alkohol berkontribusi 10,57% terhadap penjualan perseroan sebesar Rp3,65 triliun. 

Adapun, penjualan minuman alkohol naik 7,03% menjadi Rp3,26 triliun. Segmen alkohol berkontribusi 89,43% terhadap penjualan perseroan. "Kami juga launch produk baru di NAB [minuman non alkohol] yaitu Fayrouz Dates (Kurma)," katanya belum lama ini. 

Lebih lanjut, PT Singa Mas Indonesia (SMInd) mengincar pertumbuhan penjualan 10%-15% di 2019. SMInd merupakan entitas anak PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. yang bergerak di industri air minum dalam kemasan sejak 2014.

Marketing Manager PT Singa Mas Indonesia (SMInd) Yohan Arsianto mengatakan, perseroan menilai prospek bisnis air minum dalam kemasan menjanjikan pada tahun ini. Optimisme ini seiring dengan penyelenggaraan pemilihan umum presiden dan legislatif yang diyakini akan mendorong penjualan air minum dalam kemasan. 

Faktor lainnya karena musim hujan yang lebih singkat pada tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sehingga perseroan dapat meningkatkan penjualan. Guna mencapai target tersebut, perseroan agresif menambah jalur distribusi penjualan dan menambah lini produk baru. 

"Prospek AMDK di tahun ini menjanjikan. Pengalaman dari tahun politik sebelumnya, pasar lebih bergairah pada waktu seperti ini. Ditambah musim hujan tahun ini terasa lebih singkat sehingga kesempatan untuk berjualan lebih besar. Kami menargetkan pertumbuhan sekitar 10%-15% dibandingkan tahun sebelumnya," katanya pada Selasa (19/3/2019). 

Penjualan produk SMInd banyak ditopang dari produk Frozen Mineral Water dengan kontribusi 60%. Adapun, 40% lainnya berasal dari produk teh dalam kemasan seperti Fiesta White Tea, Fiesta Green Tea, Fiesta Black Tea Apel. 

Santo Kadarusman, Public Relation &Marketing Event Manager Singa Mas Indonesia, mengatakan bahwa perseroan akan mengeluarkan 3-5 produk baru pada tahun ini. Pada Maret 2019, perseroan baru saja meluncurkan Fiesta Black Tea Apel. 

Dia menambahkan, momen Idulfitri turut mendorong penjualan perseroan. Pihaknya telah menyiapkan stok untuk mengantisipasi lonjakan permintaan menjelang Pemilihan Umum dan puasa. 

"Stok Pilpres telah disiapkan sebulan sebelum debat Pilpres yang pertama. Kami juga mengantisipasi lonjakan permintaan jelas puasa serta lebaran yang biasanya untuk dibikin parcel," imbuhnya. 

Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, industri air minum dalam kemasan memiliki prospek yang bagus  seiring dengan permintaan pasar yang meningkat. Penyelenggaraan pemilihan umum menjadi sentimen penggerak pasar. 

"Kalau bicara bisnisnya, jelas menarik. Karena ada pemilu maka muncul sentimen penggerak arah pasar. Setelah pemilu, saya kira arah pergerakan saham secara keseluruhan akan ditentukan oleh hasil pemilu nanti," katanya. 

Dari emiten di atas, William tertarik dengan saham CLEO karena mereknya telah lebih dikenal di pasar, dibandingkan dengan Frozen Mineral Water milik entitas anak CPIN. Dia memberikan rekomendasi beli terhadap saham CLEO dengan target harga Rp300-Rp380 sepanjang 2019. 

Adapun, rekomendasi beli juga ditujukan untuk saham CPIN dan ULTJ dengan target harga masing-masing Rp8.000 - Rp10.000 dan Rp1.350 per saham sepanjang 2019. Dia juga merekomendasikan beli untuk saham MLBI dengan target harga terdekat Rp20.000.

"Pertumbuhan [MLBI] bagus untuk produk non alkoholnya. Berarti mereka sukses sejak larangan menjual minuman alkohol di minimarket. Penjualan alkohol berpotensi tumbuh juga bersamaan dengan program pariwisata yang dapat menopang penjualannya dari bertambahnya wisatawan," imbuhnya. 

Sebelumnya, Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) memperkirakan sektor minuman ringan tumbuh pada kisaran 3%, setelah pada tahun lalu tersendat karena penurunan daya beli. Industri minuman ringan masih didominasi air minum dalam kemasan sekitar 70%, diikuti oleh produk teh dalam kemasan serta produk minuman lainnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper