Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ruas Baru Bakal Topang EBITDA Jasa Marga (JSMR)

Pengoperasian sejumlah ruas tol, yang diharapkan mencapai 9 ruas baru, diproyeksikan menjadi menopang pertumbuhan EBITDA PT Jasa Marga (Persero) Tbk. pada 2019. 
Direktur Utama PT Jasa Marga Desi Arryani menjawab pertanyaan dalam sesi wawancara, di Jakarta, Selasa (6/11/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Direktur Utama PT Jasa Marga Desi Arryani menjawab pertanyaan dalam sesi wawancara, di Jakarta, Selasa (6/11/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA -- Pengoperasian sejumlah ruas tol, yang diharapkan mencapai 9 ruas baru, diproyeksikan menjadi menopang pertumbuhan EBITDA PT Jasa Marga (Persero) Tbk. pada 2019. 

Berdasarkan laporan keuangan 2018, yang dipublikasikan Senin (18/3/2019), Jasa Marga membukukan pendapatan tol dan usaha lainnya Rp9,78 triliun pada 2018. Selanjutnya, pendapatan konstruksi tercatat Rp27,18 triliun tahun lalu.

Total pendapatan yang dikantongi emiten bersandi JSMR itu senilai Rp36,97 triliun pada 2018. Realisasi itu tumbuh 5,36 persen dari Rp35,09 triliun pada 2017.

Beban pokok pendapatan perseroan tol milik negara itu tercatat naik lebih rendah dibanding pendapatan pada 2018. Pasalnya, beban pokok hanya naik 4,27 persen dari Rp29,78 triliun pada 2017 menjadi Rp31,05 triliun tahun lalu.

Dari situ, JSMR membukukan laba kotor Rp5,91 triliun pada 2018. Jumlah tersebut naik 11,49% dari Rp5,30 triliun pada 2017. Dengan demikian, laba bersih yang dikantongi perseroan senilai Rp2,202 triliun pada 2018. Pencapaian itu naik 0,11 persen dari Rp2,200 triliun pada 2017.

Di sisi lain, total liabilitas yang dimiliki JSMR per 31 Desember 2018 naik tipis 2,28 persen ke level Rp62,21 triliun. Sebaliknya, total ekuitas yang dimiliki tumbuh 10,02 persen ke level Rp20,19 triliun per akhir 2018.

Total aset yang dimiliki perseroan senilai Rp82,41 triliun per 31 Desember 2018. Nilai itu naik 4,07 persen dari Rp79,19 triliun pada akhir 2017.

Dalam siaran persnya, Senin (18/3/2019), Manajemen JSMR mengklaim menjaga pertumbuhan earnings before interest, taxes, depreciation and amortization (EBITDA) 10% menjadi Rp6,02 triliun pada 2018. Sementara itu, margin EBITDA tercatat sebesar 61,56 persen.

Mohamad Agus Setiawan, Corporate Secretary Jasa Marga menjelaskan pertumbuhan EBITDA menjadi acuan kinerja di tengah masa ekspansi besar yang dilakukan. Pengoperasian ruas baru menurutnya akan menjadi penopang pertumbuhan EBITDA perseroan ke depannya.

“Pengoperasian ruas baru akan me-generate EBITDA perseroan. Diharapkan, ruas-ruas tol baru yang telah dioperasikan memberikan tambahan kontribusi pendapatan yang signifikan,” ujarnya kepada Bisnis.com, Senin (18/3/2019).

Berdasarkan pemberitaan Bisnis.com sebelumnya, JSMR tercatat telah memiliki sejumlah rencana ekspansi pada 2019. Salah satunya untuk mengoperasikan sembilan ruas tol baru tahun ini.

Pada 2018, total 1.000 kilometer (km) ruas JSMR telah beroperasi. Sementara itu, total konsesi yang dimiliki sepanjang 1.527 km per akhir tahun lalu.

Adapun, perseroan tol pelat merah itu juga masih mengupayakan tambahan empat konsesi ruas baru dengan panjang sekitar 250 km. Belanja modal yang dianggarkan sekitar Rp27 triliun pada 2019.

Sebelumnya, Direktur Keuangan Jasa Marga Donny Arsal mengungkapkan telah menyiapkan berbagai menu alternatif pendanaan. Menurutnya, eksekusi akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan perseroan.

JSMR telah memulai penawaran awal atau bookbuilding untuk penerbitan instrumen kontrak investasi kolektif dana investasi infrastruktur atau Dinfra. Proses itu ditargetkan rampung pada akhir Maret 2019.

Dinfra bukan menjadi satu-satunya instrumen yang disiapkan oleh perseroan. Beberapa skema pendanaan yang sebelumnya telah diinisiasi dan diterbitkan JSMR juga telah masuk ke dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP).

Sebut saja instrumen obligasi global berdenominasi rupiah alias komodo bond. Opsi itu disebutnya sebagai salah satu alternatif pendanaan yang sudah berada dalam RKAP perseroan.

Selanjutnya, opsi sekuritisasi juga berada dalam daftar pilihan alternatif pendanaan perseroan. Setelah ruas Jagorawi, JSMR menyiapkan penerbitan instrumen sejenis untuk ruas tol Dalam Kota dan Jakarta Outer Ring Road (JORR).

Selain instrumen-instrumen itu, Donny mengatakan beberapa alternatif yang juga disiapkan lainnya yakni obligasi domestik, sukuk, hingga perpetual bond.

PROSPEK

Berdasarkan data Bloomberg, harga saham JSMR ditutup stagnan pada sesi perdagangan, Senin (18/3). Pergerakan kembali mendarat di harga penutupan Rp5.325 pada sesi akhir pekan lalu.

Akan tetapi, laju saham JSMR tercatat berada di tren positif untuk periode berjalan 2019 dengan menguat 24,42%. Saham perseroan tol milik negara itu diperdagangkan dengan price earning ratio (PER) 17,57 kali dan total kapitalisasi pasar Rp38,65 triliun.

Frankie Wijoyo Prasetio, Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan menjelaskan, apabila dilihat dari sisi laba usaha, JSMR masih mencatatkan pertumbuhan 16,5 persen secara tahunan. Nilai laba usaha yang dibukukan naik dari Rp4,6 triliun pada 2017 menjadi Rp5,4 triliun pada 2018.

Akan tetapi, sambungnya, pencapaian itu disertai dengan peningakatan biaya keuangan 44,98 persen secara tahunan pada 2018. Biaya yang dikeluarkan naik dari Rp1,27 triliun pada 2017 menjadi Rp1,83 triliun tahun lalu.

Saat ini, Frankie menyebut memang pendapatan JSMR cenderung datar karena beban bunga yang meningkat. Selain itu, perubahan sistem pembayaran yang mengakibatkan trafik sedikit menurun pada 2018.

“Tetapi, efek dari perubahan sistem pembayaran yang berlangsung adalah untuk sementara dan dengan ekspansi yang sudah berlangsung, kami optimistis JSMR dapat mencatatkan performa keuangan yang lebih bagus ke depannya,” paparnya.

Dia masih merekomendasikan beli untuk saham JSMR. Target harga berada di level Rp6.000 per saham.

Secara terpisah, Analis Kresna Sekuritas Andreas Kristo Saragih menilai kinerja JSMR pada 2018 sesuai ekspektasinya dan konsensus. Menurutnya, manajemen mencapai target menjaga laba bersih tetap stabil dan membuat EBITDA untuk bertumbuh.

Secara keseluruhan, Andreas menjelaskan bahwa kenaikan beban bunga serta kerugian dari entitas usaha patungan atau joint venture (JV) dan asosiasi dapat diminimalisasi dengan adanya laba dari penjualan aset. 

“Laba penjualan aset tidak tahun ini saja dilakukan oleh JSMR, karena tahun lalu juga ada transaksi tersebut. Dengan mengabaikan laba penjualan aset pada 2017 dan 2018, adjusted net profit turun 19 persen secara tahunan,” tuturnya.

Kendati demikian, dia memproyeksikan, pada 2019, JSMR akan kembali melakukan divestasi aset berupa penerbitan reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) dan penjualan sebagian saham untuk mature toll road yang keseluruhan sahamnya dikuasai oleh perseroan. Pihaknya merekomendasikan hold saham perseroan dengan target harga pada level Rp5.475.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper