Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SEKTOR PROPERTI : Segmen Kelas Menengah Masih Empuk, Emiten Optimistis Tingkatkan Kinerja

Sekelompok pengembang properti yang menyasar kelas menengah kian optimistis dapat meningkatkan kinerja pada tahun ini.
Deretan gedung bertingkat terlihat dari ketinggian di kawasan Sudirman, Jakarta, Rabu (26/12/2018)./Bisnis-Nurul Hidayat
Deretan gedung bertingkat terlihat dari ketinggian di kawasan Sudirman, Jakarta, Rabu (26/12/2018)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA —  Sekelompok pengembang properti yang menyasar kelas menengah kian optimistis dapat meningkatkan kinerja pada tahun ini.

Optimistis itu muncul dari PT Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI) yang memproyeksikan bakal mengantongi marketing sales sekurangnya Rp1 triliun hingga akhir Maret 2019.

Sekretaris Perusahaan Alam Sutera Realty (ASRI) Tony Rudiyanto mengungkapkan bahwa marketing sales hingga Februari 2019 masih sejalan dengan target yang direncanakan. Menurutnya, bisnis properti pada tahun ini lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu.

"Perumahan yang kami jual, banyak pada segmen menengah. Marketing sales 2018 sudah berhasil naik 2 kali lipat. Tahun ini, target Rp5 triliun dan pada Maret 2019 kurang lebih bisa sampai Rp1 triliun," ungkapnya saat dihubungi Bisnis.com, akhir pekan lalu. 

Menurutnya, pemilihan presiden pada tahun ini tidak menjadi penghalang untuk mencatatkan peningkatan marketing sales. Namun, tak bisa dipungkiri bakal ada distorsi pada Pilpres dan hal itu dinilai tidak perlu dikhawatirkan.

Tony menambahkan, perseroan memiliki produk perumahan di Suvarna Sutera dengan harga Rp1 miliar--Rp2 miliar. Dia mengungkapkan, perseroan juga memiliki perumahan Ayodhya yang juga menyasar kelas menengah. Pada tahun ini, ASRI mengalokasikan belanja modal senilai Rp500 miliar.

Setali tiga uang, PT Summarecon Agung Tbk. juga optimistis bisa mengantongi marketing sales senilai Rp1 triliun atau 25% dari target 2019. Pasalnya, hingga Februari 2019, nilai marketing sales SMRA mencapai Rp685 miliar.

Sekretaris Perusahaan Summarecon Agung, Jemmy Kusnadi mengungkapkan, target marketing sales hingga akhir 2019 senilai Rp4 triliun. Pada periode Januari—Februari 2019, marketing sales yang sudah dikantongi mencapai 17% dari target tahun ini. Dia optimistis, perseroan dapat mengantongi marketing sales hingga Rp1 triliun.

“Marketing sales hingga Februari 2019 senilai Rp685 miliar. Kami memproyeksikan, hingga Maret 2019 marketing sales bisa mencapai Rp1 triliun atau 25% dari target,” ungkapnya kepada Bisnis, Jumat (15/3/2019).

Emiten properti bersandi saham SMRA telah memiliki 6 lokasi yang siap dikembangkan. Adapun enam lokasi yang telah ada yakni Serpong, Bekasi, Bandung, Kelapa Gading, Makassar dan Karawang masing-masing 50%, 18%, 15%, 7%, 6% dan 4%.

Pada akhir 2018, SMRA telah meluncurkan Summarecon Mutiara Makassar. Selain itu, pada akhir November 2018, perseroan juga meluncurkan Cluster Dayana di Balerea, dengan harga unit paling murah Rp800 juta. Dalam peluncurkan itu, perseroan berhasil menjual seluruh unit atau sebanyak 79 unit pada fase penjualan pertama.

SMRA memiliki tanah yang belum dikembangkan seluas 2.048,07 ha hingga September 2018. Lokasinya berada di Summarecon Bekasi, Bandung, Serpong dan Karawang masing-masing 403,79 ha, 330,12 ha, 303,21 ha dan 37,76 ha. Wilayah lain yang belum dikembangkan berada di Bogor, Makassar dan lain-lain dengan luas masing-masing 421,07 ha, 331,5 ha dan 217,6 ha.

Dalam konsensus Bloomberg, pendapatan dan laba bersih SMRA masing-masing diproyeksikan mencapai Rp6,03 triliun dan Rp392,36 miliar, dengan proyeksi pertumbuhan 3,28% dan 10,09%.

Dari 24 analis yang mengamati saham SMRA, sebanyak 14 analis merekomendasiman beli saham SMRA. Sisanya, 8 analis merekomendasikan hold dan dua analis merekomendasikan jual. Target harga saham SMRA dalam konsensus mencapai Rp1.024 per saham.

"Kami tawarkan produk yang lebih menyasar segmen kelas menengah, dengan metode pembayaran yang menarik serta adanya program marketing lainnya," tambah Jemmy.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Ciputra Development (CTRA) Harun Hajadi mengatakan, secara umum, kondisi pasar cukup banyak yang kelebihan persediaan, seperti di Jakarta. Akan tetapi, Harun mengamini bahwa kinerja properti pada tahun ini bakal lebih baik dibandingkan dengan 2018.

"Menurut saya, dengan momentum pertumbuhan ekonomi sekarang ini, properti akan terikut. Kuartal I/2019, kami lihat dari existing projects lumayan ada pertumbuhan," ungkap Harun.

Terkait suku bunga acuan Bank Indonesia atau Bi 7-Day Repo Rate yang telah naik 6 kali pada 2018 menjadi 6%, katanya, tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Sebab, pembeli properti masih tetap mengandalkan kredit pemilikan rumah (KPR).

Namun, jika otoritas moneter kembali menaikkan suku bunga hingga 100 basis poin, hal tersebut bakal memberikan pengaruh yang signifikan pada bisnis properti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper