Bisnis.com, JAKARTA — Produsen aluminium dan baja China mulai mencetak rekor produksi baru seiring dengan meningkatnya permintaan dari sektor properti dan bahkan dari sektor penggerak roda ekonomi China lainnya yang selama ini mengalami tekanan.
Analis Argonaut Securities Asia Helen Lau mengatakan bahwa rekor produksi baru tersebut bertepatan dengan stabilnya harga baja dan penumpukan persediaan yang relatif normal.
Hal tersebut juga menjadi bukti bahwa produsen sesungguhnya belum menghadapi penurunan permintaan yang serius seperti yang dikhawatirkan pasar akhir-akhir ini akibat ketegangan perang dagang.
"Permintaan mungkin tidak seburuk yang diharapkan pasar, terutama dalam pertumbuhan investasi properti, yang sektor tersebut ternyata bergerak cukup cepat," ujar Helen seperti dikutip dari Reuters, Kamis (14/3/2019).
Berdasarkan data Biro Statistik Nasional China yang baru dirilis, produksi baja mentah China pada Januari-Februari 2019 berhasil naik cukup positif 9,2% menjadi 149,58 juta ton sehingga dinilai sebagai rekor baru produksi pada periode tersebut.
Selain itu, hasil produksi aluminium primer meningkat 5% menjadi 5,69 juta ton, menjadi yang tertinggi sepanjang masa untuk 2 bulan pertama tahun ini. Eceran penjualan juga meningkat sebanyak 8,2%.
Baca Juga
Data yang lebih luas pun menunjukkan output industri China berhasil naik 5,3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang menjadi awal tahun terburuk sejak 2009 akibat panasnya perang dagang antara dua ekonomi terbesar di dunia China dan Amerika Serikat.
Kinerja tersebut menunjukkan beberapa tanda pemulihan di beberapa sektor yang mendorong permintaan baja dan aluminium karena investasi fixed-asset meningkat dan investasi properti yang melonjak. Adapun, investasi properti melonjak 11,6%, sedangkan investasi fixed-asset China naik 6,1%.
Walaupun demikian, Helen menuturkan tetap terdapat risiko kelebihan pasokan, terutama untuk aluminium, di mana harga diharapkan dapat turun seiring dengan harga listrik yang turut melemah.
Saat ini output aluminium China masih bertahan di level tertinggi dipicu oleh permintaan luar negeri dan kapasitas produksi baru pabrik China. Pasokan aluminium tetap dalam level tinggi meski pabrik peleburan aluminium telah berjanji menghentikan beberapa produksinya di tengah tekanan margin pabrik.
Pembatasan anti polusi pada produksi baja dan aluminium yang cenderung tidak gencar seperti 2 tahun sebelumnya, juga menjadi faktor pendukung meningkatnya jumlah produksi.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (14/3/2019) setelah data tersebut diluncurkan harga komoditas berjangka baja dan aluminium bergerak naik. Pada pukul 14.00 WIB, harga baja rebar di bursa Shanghai bergerak melemah 0,6% menjadi 3.794 yuan per ton, dan telah bergerak melemah 1,9% sepanjang tahun berjalan.
Harga baja Hot-Rolled Coil (HRC) juga melemah 0,9% menjadi 3.726 yuan per ton. Sementara itu, harga aluminium di bursa Shanghai menguat 0,52% menjadi 13.655 yuan per ton, dan telah bergerak menguat 0,77%.