Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Estika Tata Tiara (BEEF) Efisiensi Biaya Produksi

Emiten distribusi makanan olahan, PT Estika Tata Tiara Tbk. memperkirakan dapat menekan biaya produksi sekitar 3%-3,5%.
Direktur BEI Hasan Fawzi (kedua kanan) bersama Direktur Fithri (kedua kiri) berbincang dengan Direktur Utama PT Estika Tata Tiara Tbk. Yustinus Sadmoko (kanan), Direktur Independen Frederik Wattimena (kiri) dan Direktur Juanita Gracianti Adoe (tengah) disela-sela pencatatan saham perdana, di Jakarta, Kamis (10/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Direktur BEI Hasan Fawzi (kedua kanan) bersama Direktur Fithri (kedua kiri) berbincang dengan Direktur Utama PT Estika Tata Tiara Tbk. Yustinus Sadmoko (kanan), Direktur Independen Frederik Wattimena (kiri) dan Direktur Juanita Gracianti Adoe (tengah) disela-sela pencatatan saham perdana, di Jakarta, Kamis (10/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten distribusi makanan olahan, PT Estika Tata Tiara Tbk. memperkirakan dapat menekan biaya produksi sekitar 3%-3,5% seiring dengan proyeksi biaya bahan baku yang lebih rendah setelah disepakatinya Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).

Direktur Utama Estika Tata Tiara Yustinus Sadmoko mengatakan sekitar 40%-50% dari komponen bahan baku perseroan berasal dari sapi bakalan dan daging sapi beku.

Seiring dengan penghapusan bea masuk untuk impor sapi bakalan pascaratifikasi, dia memperkirakan biaya bahan baku sapi bakalan akan turun 5%. Adapun, harga bahan baku daging beku akan turun 2,5% seiring dengan pengurangan bea masuk dari semula 5% menjadi 2,5% selama lima tahun pertama pascaratifikasi dengan volume tak terbatas.

"Secara umum harga bahan baku sapi bakalan akan turun 5%. Kalau cost sapi hasil penggemukan akan turun sedikit lebih rendah karena ada komponen lokalnya. Untuk penggemukan komponen lokal 30%-40%. Paling besar untuk pakan," katanya pada Jumat (8/3/2019).

Dia memperkirakan perseroan dapat menekan biaya produksi sekitar 3%-3,5% seiring dengan biaya bahan baku yang menurun. Dengan demikian, beban pokok penjualan dapat berkurang, sehingga mampu mendorong laba bersih.

Yustinus berharap net profit margin dapat meningkat sekitar 1,5% seiring dengan kenaikan laba bersih. Menurutnya, hal ini dapat dicapai jika komponen lainnya sama dengan kondisi saat ini.

"Komponen sapi dan daging beku masih di kisaran 40%-50% saja. Kalau kondisi lain sama, NPM akan naik sekitar 1,5%," imbuhnya.

Sebagai informasi, BEEF sedang menyiapkan pemasukan 20.000 ekor sapi untuk pasar domestik sepanjang tahun ini. Untuk memasok sapi bakalan tersebut, BEEF bekerja sama dengan International Livestock Exports Pty. Ltd. sebagai pemasok sapi bakalan dari Australia.

Pada perdagangan Jumat (8/3/2019), harga saham BEEF ditutup pada level Rp199 per saham, turun 1 poin atau melemah 0,50%. Meski demikian, dalam sepekan terakhir, harga saham BEEF menguat 1,02%. Saham BEEF saat ini diperdagangan pada price eraning ratio (PER) sebesar 18,09 kali dengan kapitalisasi pasar Rp374,98 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper