Bisnis.com, JAKARTA—Kalangan investor perbankan masih mendominasi pembelian instrumen surat berharga negara (SBN) secara sangat signifikan pada dua bulan awal tahun ini Rp150,55 triliun, bahkan lebih tinggi dibandingkan peningkatan total outstanding SBN yang hanya Rp118,5 triliun.
Ramdhan Ario Maruto, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia mengatakan bagi perbankan, tahun ini SBN semakin menarik untuk ditransaksikan dengan sifatnya yang lebih likuid dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Terutama, kata dia, dengan kondisi likuiditas perbankan yang cenderung mengalami pengetatan.
Pasalnya, lanjut dia, saat ini bagi perbankan untuk menyelesaikan persoalan kredit bermasalah memerlukan proses dan upaya yang lebih besar. Namun, tantangannya memang terletak pada volatilitas.
Selain perbankan, SBN juga menjadi target keuangan global oleh investor asing, karena sifatnya “hot money". Belum lagi dari sisi yield yang cukup menarik dan SBN di Indonesia dilindungi oleh UU.
“Semakin ke sini [SBN] semakin likuid, yang akan menunjang likuiditas. Pasar kita juga meskipun semakin banyak asing tetap akan semakin likuid. Urat nadi pasar keuangan likuiditas. Semakin likuid semakin bagus untuk pasar,”katanya kepada Bisnis.com, Selasa (5/3/2019).
Adapun, berdasarkan data DJPPR Kementerian Keuangan, posisi kepemilikan investor perbankan pada SBN tradable hingga akhir Februari 2019 mencapai Rp631,89 triliun, terdiri atas kepemiilkan bank konvensional sebesar Rp590,92 triliun dan bank syariah Rp40,97 triliun.
Pembelian SBN paling agresif dilakukan oleh bank konvensional di awal tahun ini, yakni mencapai Rp153,4 triliun, sedangkan bank syariah justru melepas sebesar Rp2,84 triliun. Sehingga total net buy perbankan mencapai Rp150,55 triliun