Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor ke AS Anjlok, Harga Minyak Mendidih

Harga minyak mentah berakhir naik tajam pada perdagangan Rabu (27/2/2019), setelah penurunan stok minyak Amerika Serikat (AS) menunjukkan mengetatnya pasokan global oleh langkah OPEC dan aliansinya terlepas dari protes yang dilancarkan Presiden Donald Trump.
Minyak WTI/Reuters
Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah berakhir naik tajam pada perdagangan Rabu (27/2/2019), setelah penurunan stok minyak Amerika Serikat (AS) menunjukkan mengetatnya pasokan global oleh langkah OPEC dan aliansinya terlepas dari protes yang dilancarkan Presiden Donald Trump.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak April 2019 membukukan kenaikan terbesarnya dengan ditutup melonjak US$1,44 di level US$56,94 per barel di New York Mercantile Exchange.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman April 2019 berakhir menguat US$1,18 di level US$66,39 per barel di ICE Futures Europe exchange London. Acuan minyak mentah global ini diperdagangkan di level US$9,45 premium terhadap WTI.

Kontrak berjangka minyak melonjak setelah badan energi AS, Energy Information Administration (EIA), melaporkan impor minyak ke AS mencapai level terendah dalam dua dekade, dengan pengiriman dari Arab Saudi menyentuh level terendah dalam data mingguan sejak 2010.

Menurut EIA, AS mengimpor 5,92 juta barel minyak mentah pekan lalu, level terendah sejak 1996. Penurunan pengiriman luar negeri dan peningkatan permintaan untuk produk olahan membayangi produksi minyak serpih Amerika yang mencapai rekor mingguan lagi.

Secara keseluruhan, persediaan minyak domestik turun 8,65 juta barel pekan lalu, dua kali penurunan yang diperkirakan dalam laporan industri sehari sebelumnya.

Cuaca buruk di Teluk Meksiko mungkin secara sementara telah membantu menekan impor. Laporan itu mencakup penurunan pada ekspor Kanada ke AS. Namun, penurunan keseluruhan pasokan mendorong para pedagang, terutama mengingat bahwa pemeliharaan kilang biasanya mengurangi permintaan minyak mentah saat ini.

Harga minyak telah menguat sekitar 25% tahun ini karena langkah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia mengurangi produksi dan krisis politik Venezuela membatasi pasokan lebih lanjut.

Pada Rabu, Saudi mengisyaratkan akan melanjutkan strategi upaya ini. Padahal, dua hari sebelumnya. Melalui Twitter, Trump mengkritik soal kenaikan harga minyak yang lebih tinggi dan mendesak kartel minyak itu untuk tidak agresif.

Sementara itu, Rusia akan mencapai target pengurangan sebesar 228.000 barel per hari dari level yang dicapai pada Oktober, pada akhir Maret atau awal April, menurut Menteri Energi Alexander Novak dalam sebuah wawancara pada Selasa (26/2).

“Data inventaris AS memberikan salah satu laporan mingguan paling bullish yang pernah kami lihat dalam beberapa waktu,” ujar Brian Kessens, yang membantu mengelola aset energi senilai US$16 miliar di Tortoise, Kansas.

“Kami sebelumnya berpikir twit Trump akan memberi sedikit tekanan pada OPEC+ untuk menjaga pasokan tetap tinggi tetapi sepertinya itu diabaikan.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper