Bisnis.com, JAKARTA — PT Indosat Tbk. menutup akhir 2018 dengan membukukan pendapatan senilai Rp23,14 triliun, turun 27% dari pendapatan tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan keuangan tahunan (full year) yang dirilis oleh Ooredoo, perusahaan induk Indosat Ooredoo, operator seluler tersebut membukukan pendapatan pada kuartal IV/2018 sebesar Rp6,3 triliun, naik dari kuartal sebelumnya dengan pendapatan Rp5,6 triliun.
Hasil tersebut menunjukkan peningkatan selama dua kuartal berturut-turut setelah mengalami penurunan pendapatan pada kuartal II/2018, akibat penerapan regulasi prabayar.
Sementara itu, EBITDA Indosat Ooredoo hingga akhir 2018 mencapai Rp7,6 triliun, turun 44% dari Rp13,6 triliun pada akhir 2017. Ooredoo mengakui EBITDA perusahaan mengalami tekanan karena investasi pada ekspansi jaringan dan biaya pemasaran.
Dalam laporan tahunan tersebut, Indosat Ooredoo mencatatkan basis pelanggan sebanyak 58 juta hingga akhir tahun lalu. Jumlah tersebut, memberikan kontribusi hingga 50% dari total pelanggan perusahaan induk, Ooredoo.
Selain itu, Indosat Ooredoo mencatatkan pertumbuhan pada rerata pendapatan per pengguna (ARPU) pada kuartal IV/2018 yang mencapai Rp24.600. Angka ini naik baik secara tahunan maupun kuartalan.
Baca Juga
Hingga akhir 2018, jumlah base transceiver station (BTS) 4G yang dimiliki perusahaan tercatat sebanyak 17.000 unit dengan cakupan populasi mencapai 80%.
Indosat Ooredoo memang tengah agresif mengeluarkan belanja modal untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja perusahaan. Sepanjang 2018 lalu, perusahaan tersebut menganggarkan capex sebesar Rp8 triliun.
Presiden Direktur Indosat Ooredoo Chris Kanter menyampaikan bahwa perusahaannya akan menyiapkan belanja modal sekitar Rp10 triliun yang akan mayoritas akan digunakan untuk pengembangan dan perluasan infrastruktur jaringan 4G.
“2019, kami menganggarkan capex hampir Rp10 triliun, begitu juga untuk tahun-tahun berikutnya,” katanya beberapa waktu lalu.