Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kekhawatiran Pertumbuhan Global Dorong Dolar AS

Dolar AS melayang di dekat level tertinggi 2 minggu terhadap mata uang lainnya pada Selasa (22/1/2019) karena perlambatan ekonomi China ke posisi terendah 28-tahun menghidupkan kembali kekhawatiran investor atas pertumbuhan global, sehingga mendukung mata uang safe haven.
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA—Dolar AS melayang di dekat level tertinggi 2 minggu terhadap mata uang lainnya pada Selasa (22/1/2019) karena perlambatan ekonomi China ke posisi terendah 28-tahun menghidupkan kembali kekhawatiran investor atas pertumbuhan global, sehingga mendukung mata uang safe haven.

Semalam, Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan global 2019 dan 2020, mengutip perlambatan yang lebih besar dari yang diperkirakan di Cina dan Zona Euro. Selain itu, kegagalan untuk menyelesaikan ketegangan perdagangan dapat semakin mengganggu kestabilan ekonomi global.

Ketakutan itu muncul pada hari Senin (21/1/2019), ketika data menunjukkan ekonomi China tumbuh pada laju paling lambat sejak 1990 tahun lalu dalam tanda yang tidak menyenangkan untuk 2019. Pendinginan pertumbuhan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah mengeruk keuntungan bagi perusahaan.

Indeks dolar (DXY), yang mengukur kekuatannya terhadap sekelompok enam mata uang utama, stabil di 96,33, bertahan dekat tertinggi 2 minggu di 96,43 yang dicapai pada hari Senin.

Sementara yen (JPY), mata uang safe-haven lainnya, stabil terhadap dolar, mengambil 109,64 pada awal perdagangan.

Secara keseluruhan, dolar juga menghadapi tekanan tidak langsung dari momentum yang melambat dalam ekonomi global yang telah memaksa Federal Reserve AS untuk mengambil pendekatan yang hati-hati terhadap kenaikan suku bunga lebih lanjut. Spekulasi tersebar luas bahwa The Fed akan segera menghentikan siklus pengetatannya.

“Kami tidak melihat Federal Reserve menaikkan suku tahun ini yang seharusnya mengarah pada pelemahan dolar. Kami juga berpikir dolar overbought dan dinilai terlalu tinggi pada metrik fundamental, ”kata Jason Wong, ahli strategi pasar di BNZ Markets, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (22/1/2019).

Sterling (GBP) adalah mata uang lain yang menghadapi ketidakpastian yang semakin tinggi karena Inggris bersiap untuk meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret 2019, tanpa ada tanda-tanda perjanjian permanen untuk mengamankan masa depan ekonomi Inggris dengan UE.

Kesepakatan Brexit May ditolak mentah-mentah oleh parlemen minggu lalu dan pada hari Senin ia mengajukan proposal untuk mengatasi kebuntuan dengan mencari konsesi lebih lanjut dari UE mengenai rencana untuk mencegah pemeriksaan pabean di perbatasan Irlandia.

"Dengan tenggat waktu yang semakin dekat dan apa yang tampaknya menjadi kebuntuan nyata antara berbagai pihak yang terlibat, prospek 'tidak ada kesepakatan' Brexit tampaknya menjadi lebih mungkin," kata Nick Twidale, chief operating officer di Rakuten Securities dalam sebuah catatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Sumber : reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper