Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham ISAT Melesat 24,65%, Ini Pendapat Analis

Pada akhir perdagangan Rabu (9/1/2019), saham PT Indosat Tbk. (ISAT) melesat 24,65% ke level Rp2.250 per saham. Hari ini, beredar spekulasi bahwa saham ISAT akan dibeli oleh Viettel, perusahaan telekomunikasi asal Vietnam.
Karyawan beraktivvitas di dekat papan penunjuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (7/1/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Karyawan beraktivvitas di dekat papan penunjuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (7/1/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA — Pada akhir perdagangan Rabu (9/1/2019), saham PT Indosat Tbk. (ISAT) melesat 24,65% ke level Rp2.250 per saham. Hari ini, beredar spekulasi bahwa saham ISAT akan dibeli oleh Viettel, perusahaan telekomunikasi asal Vietnam.

Sejak pembukaan perdagangan, saham ISAT terus menanjak di zona hijau. ISAT bergerak di kisaran Rp1.835--Rp2.250 per saham di atas level penutupan Selasa (8/1/2019) Rp1.805 per saham.

Menanggapi pergerakan harga saham ISAT, analis menilai beberapa perusahaan telekomunikasi berpeluang diakuisisi oleh perusahaan telekomunikasi asal Vietnam, Viettel.

Sebelumnya, santer pemberitaan mengabarkan bahwa PT Indosat Tbk. berpeluang menjadi perusahaan yang dimaksud oleh Presiden dan CEO Viettel Le Dang Dung untuk dibeli sahamnya.

Analis Kresna Securities Etta Rusdiana Putra mengungkapkan peluang Viettel untuk mengakuisisi perusahaan swasta lebih besar dibandingkan peluang akuisisi saham Indosat.

“Masih terbuka juga peluang M&A (merger dan akuisisi) di perusahaan swasta seperti FREN—BOLT—HTI,” ujarnya mengacu kepada PT Smartfren Telecom Tbk., PT First Media Tbk., dan PT HTI Tri, kepada Bisnis.com, Rabu (9/1/2019).

Dirinya pun menilai, aksi korporasi M&A di industri seluler juga masih terkendala dalam hal aturan frekuensi. Lagipula, dengan kepemilikan saham pemerintah di emiten berkode saham ISAT tersebut, aksi korporasi untuk perseroan juga masih perlu mendapat restu dari pemerintah dan DPR.

“Mungkin pasar berspekuliasi ke ISAT karena itu salah satu janji presiden yang belum terlaksana,” ujarnya sambil menambahkan bahwa ketika Pemilu 2014 Presiden Joko Widodo sempat menyatakan bakal membeli kembali Indosat.

Adapun untuk aksi M&A pada tahun ini, Etta mengaku masih skeptis mengingat aturan yang belum jelas terkait frekuensi setelah MNA perusahaan.

Dalam riset Kresna Compendium 2019 yang dirilis pada awal bulan lalu, Etta memberikan perkiraan target fair value ISAT pada level Rp2.570 per lembar saham untuk tahun ini.

Senada, analis Mirae Asset Sekuritas Giovanni Dustin yang mencermati sektor telekomunikasi di Indonesia menilai peluang M&A untuk Indosat masih tidak mungkin untuk saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper