Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Indosat (ISAT) Bantah Rumor Sahamnya Dibeli Viettel

Presiden Direktur PT Indosat Tbk. Chris Kanter membantah isu akuisisi saham perseroan oleh Viettel yang merupakan perusahaan telekomunikasi asal Vietnam.
President Director & CEO Indosat Ooredoo, Chris Kanter (kiri) menemani Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Rudiantara (kanan) saat melakukan uji coba 5G melalui 3D-Augmented Reality di Jakarta, Rabu (21/11/2018)./Indosat
President Director & CEO Indosat Ooredoo, Chris Kanter (kiri) menemani Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Rudiantara (kanan) saat melakukan uji coba 5G melalui 3D-Augmented Reality di Jakarta, Rabu (21/11/2018)./Indosat

Bisnis.com, JAKARTA—Presiden Direktur PT Indosat Tbk. Chris Kanter membantah isu akuisisi saham perseroan oleh Viettel yang merupakan perusahaan telekomunikasi asal Vietnam.

“Tidak ada pembicaraan itu [pembelian saham Indosat oleh Viettel] di pemegang saham,” katanya kepada Bisnis.com, Rabu (9/1/2019).

Sebelumnya, Presiden dan CEO Viettel Le Dang Dung menyampaikan kepada Reuters bahwa perusahaannya tengah dalam pembicaraan untuk membeli saham perusahaan telekomunikasi di Malaysia dan Indonesia.

Namun, dia tidak memberikan perincian mengenai perusahaan yang dimaksud.

Spekulasi pasar pun mengarah ke Indosat. Pada akhir perdagangan Rabu (9/1/2019), saham ISAT melonjak 24,65% atau 445 poin ke level harga Rp2.250 per saham.

Adapun Viettel memang sedang gencar berekspansi di luar maupun di dalam negerinya.

Perusahaan yang dikenal dengan sebutan Viettel Group tersebut sejauh ini telah memiliki sekitar 60 juta pelanggan di Vietnam dan lebih dari 30 juta pelanggan di 10 negara lain.

Viettel pun bermaksud menambah pelanggannya hingga dua kali lipat di Myanmar, yang sekarang sekitar 5 juta pelanggan, hingga akhir tahun ini.

Ketika diminta keterangan, Group Head Corporate Communications Indosat Ooredoo Turina Farouk menyampaikan perseroan belum dapat memberikan komentar terkait hal tersebut.

“Ini merupakan area pemegang saham,” ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (9/1/2019).

Sebelumnya, Presiden dan CEO Viettel Le Dang Dung menyampaikan kepada Reuters bahwa perusahaannya tengah dalam pembicaraan untuk membeli saham perusahaan telekomunikasi di Malaysia dan Indonesia. Namun, dia tidak memberikan perincian mengenai perusahaan yang dimaksud.

Adapun perusahaan yang dikenal dengan sebutan Viettel Group ini telah memiliki sekitar 60 juta pelanggan di Vietnam dan lebih dari 30 juta pelanggan di 10 negara lain.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, tahun lalu Presiden Direktur Indosat Chris Kanter memang telah menyebut ada keinginan untuk melakukan konsolidasi.

Chris menjelaskan, dirinya akan membenahi sisi internal perseroan sebelum memperimbangkan untuk melakukan ekspansi anorganik.

“Bidang untuk beli-beli [perusahaan lain], memang merupakan appetite saya. Tapi saya akan bereskan dulu [internal perusahaan], saya fokus dulu kepada ekspansi jaringan. Tiap minggu sekarang kami harus bisa buka 700 site,” ungkapnya kala itu.

Bekas Komisaris Indosat tersebut mengatakan, dia telah mendapat restu dari Ooredoo Asia Pte. Ltd., pemegang saham perseroan yang menggenggam hingga 65%, untuk dapat menggelontorkan belanja modal hingga US$2 miliar atau sekitar Rp30 triliun dalam dua tahun ke depan, yang difokuskan untuk penguatan 4G dan ekspansi jaringan.

Dengan dana jumbo tersebut, Chris menyebut akan membangun hingga 4.300—4.700 site pada tahun depan.

Adapun, Bisnis.com mencatat kinerja ISAT merupakan yang paling terpuruk dibandingkan dengan kompetitornya di industri operator nasional pada tahun lalu.

ISAT membukukan pendapatan sebesar Rp16,76 triliun pada kuartal III/2018, turun 25,72% secara yoy. Laba bersih perseroan turun lebih dalam lagi hingga 47,95% ke level Rp5,16 triliun.

Sementara itu, ISAT mencatat basis pelanggan pada sembilan bulan pertama 2018 sebesar 64,1 juta orang atau mengalami penurunan 33,9% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Meski jumlah pelanggan turun karena terdampak dari registrasi kartu prabayar, perseroan membukukan nilai churn yang lebih rendah yaitu 14,8%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper