Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mentah Tambah Panas, Ini Pembakarnya

Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) berhasil memperpanjang penguatannya di level US$48 pada perdagangan sore ini, Selasa (8/1/2019), didorong spekulasi tercapainya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Minyak West Texas Intermediate/Reuters
Minyak West Texas Intermediate/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) berhasil memperpanjang penguatannya di level US$48 pada perdagangan sore ini, Selasa (8/1/2019), ditopang sejumlah sentimen positif.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Februari 2019 naik 0,25% atau 0,12 poin ke level US$48,64 per barel di New York Mercantile Exchange pukul 15.11 WIB, setelah berakhir menguat 1,17% di level 48,52 pada Senin (7/1).

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Maret 2019 naik 0,24% atau 0,77 poin ke level US$57,47 per barel di ICE Futures Europe Exchange yang berbasis di London, setelah ditutup menguat 0,47% di level 57,33 pada Senin.

Dalam wawancara dengan CNBC pada Senin (7/1/2019) waktu setempat, Menteri Perdagangan Amerika Serikat (AS) Wilbur Ross memprediksi bahwa pemerintah AS dan China dapat mencapai kesepakatan perdagangan dalam perundingan mereka.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China mengatakan Beijing memiliki "itikad baik" untuk bekerja sama dengan Amerika Serikat guna menyelesaikan friksi perdagangan ketika para pejabat Tiongkok bertemu dengan pejabat AS di Beijing pada 7-8 Januari.

 “Saya pikir ada peluang yang sangat baik bahwa kita akan mendapatkan penyelesaian masuk akal yang dapat diterima China, dapat diterima kita, dan yang membahas semua isu utama,” ungkap Ross, seperti dikutip Reuters.

Pada saat yang sama, ekspektasi untuk penurunan persediaan minyak mentah nasional AS mengurangi kekhawatiran tentang kelebihan pasokan.

Stok minyak mentah AS kemungkinan turun sebesar 1,75 juta barel pekan lalu, menurut estimasi median dalam survei Bloomberg terhadap sejumlah analis menjelang rilis data pemerintah pada hari Rabu. Persediaan nasional negara tersebut mendekati level terendahnya dalam hampir dua bulan.

Pasar minyak mentah lebih tenang setelah menutup tahun terburuk sejak 2015 pada 2018, di tengah kekhawatiran atas kelebihan pasokan dan melemahnya pertumbuhan global.

Harga minyak rebound setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya memulai upaya pengurangan produksi bulan ini dan Federal Reserve AS mengisyaratkan penundaan kenaikan suku bunga yang sebelumnya mendorong aksi penghindaran risiko dan volatilitas di pasar finansial global.

“Ada kumpulan faktor-faktor yang membantu, pendorong besar adalah kemajuan dalam pembicaraan perdagangan dan harapan bahwa pertumbuhan global akan mendapat dukungan,” kata Stephen Innes, kepala perdagangan untuk Asia Pasifik di Oanda Corp.

“Sikap The Fed yang lebih mudah juga komitmen OPEC untuk memangkas produksi dan ekspektasi bahwa persediaan akan turun memberi bantuan pada sentimen untuk investor yang positif ini,” tambahnya, seperti dilansir Bloomberg.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper