Bisnis.com, JAKARTA—Emiten pertambangan batubara PT Alfa Energi Investama Tbk. (FIRE) memacu penjualan batu bara ke pasar domestik pada 2019 seiring dengan melesunya permintaan China yang menekan harga global.
Direktur Utama Alfa Energi Investama Aris Munandar menyampaikan, tidak seperti pada 2018 dimana harga batu bara sedang memanas, 2019 merupakan periode yang menantang bagi industri batu hitam.
China sedang menahan laju impor, sehingga harga komoditas itu jatuh beberapa waktu belakangan.
“Kami melihat tahun depan industri batu bara lebih menantang, karena faktor trade war China dan AS, kini berimbas kepada pengurangan permintaan batu bara China,” tuturnya, Jumat (21/12).
Oleh karena itu, FIRE akan memacu penjualan batu bara ke pasar domestik pada 2019 dibandingkan ekspor. Tahun ini, komposisi pemasaran dalam dan luar negeri cenderung berimbang 50:50.
Aris menuturkan, tahun depan produksi batu bara FIRE dapat mencapai 800.000—900.000 ton, sedangkan trading untuk ekspor hanya 100.000 ton.
Baca Juga
Namun, jika harga batu hitam kembali memanas, perseroan dapat memacu trading hingga 500.000 ton.
“Kami melihat pasarnya seperti apa. Kalau domestik lebih bagus, lebih baik kami penetrasi di sini,” tuturnya. Untuk pasar ekspor, perseroan mengandalkan Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan Vietnam.
FIRE juga berencana tengah menunggu turunnya Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) dari KLHK untuk tambang PT Bumi Bara Jaya (BBJ).
Tambang tersebut memiliki produk dengan tingkat kalori tinggi 5.800 Kcal/kg dengan cadangan awal 3 juta ton.
Adapun, ADP yang selama ini diandalkan untuk produksi mengandung batu bara kalori 4.200 Kcal/kg dan 5.500 Kcal/kg.
Komposisi penjualan yang kalori tinggi cenderung kecil, tetapi seluruhnya dipasarkan ke luar negeri.