Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekanan Mereda, Fundraising Diyakini Tumbuh Moderat 10-12 Persen

Penghimpunan dana oleh korporasi di pasar modal pada tahun depan diprediksi tumbuh moderat atau meningkat sekitar 10%—12% seiring dengan meredanya tekanan dari eksternal dan internal.
Penghimpunan dana oleh korporasi di pasar modal 2019 diprediksi tumbuh  moderat 10% hingga 12%./Bisnis-Radityo Eko
Penghimpunan dana oleh korporasi di pasar modal 2019 diprediksi tumbuh moderat 10% hingga 12%./Bisnis-Radityo Eko

Bisnis.com, JAKARTA — Penghimpunan dana oleh korporasi di pasar modal pada tahun depan diprediksi tumbuh moderat atau meningkat sekitar 10%—12% seiring dengan meredanya tekanan dari eksternal dan internal.

Fundraising di pasar modal menjadi topik headline koran cetak Bisnis Indonesia edisi Kamis (20/12/2018).  Berikut laporannya.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan Hoesen mengatakan kondisi pasar pada tahun depan secara umum tidak berbeda jauh dengan tahun ini sehingga proyeksi fundraising di pasar modal tidak akan mengalami perbedaan yang signifikan.

“Kami proyeksikan industri tumbuh 10%—12% dan untuk transaksi harian akan bisa di atas 12%. Terutama setelah implementasi T+2 yang akan meningkatkan likuiditas Anggota Bursa,” katanya dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (19/12/2018).

Berdasarkan data OJK per 17 Desember 2018, pada tahun ini, rata-rata nilai transaksi harian telah naik sebesar 11%, yakni dari Rp7,6 triliun menjadi Rp8,45 triliun.

Adapun, total fundraising di pasar modal selama 2018, yang terdiri dari penerbitan surat utang korporasi, penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO), serta rights issue mencapai Rp162,3 triliun.

Padahal, tahun ini otoritas memproyeksikan total fundraising minimal mencapai Rp250 triliun atau mendekati perolehan 2017 yang melesat 30,27% menjadi Rp254,51 triliun. (lihat grafis)

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diolah Bisnis, hingga saat ini pipeline IPO yang terdaftar di bursa sedikitnya Rp463,94 miliar. Sementara itu, obligasi yang masih ada di daftar tunggu senilai Rp5,6 triliun. Secara total, pipeline penghimpunan dana di pasar modal mencapai Rp6,06 triliun.

Artinya, bila seluruh pipeline terealisasi, pencapaian nilai fundraising di pasar modal pada tahun ini berpotensi mencapai Rp168,09 triliun atau lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi awal yang senilai Rp250 triliun.

Dengan target pertumbuhan 10% hingga 12% pada tahun depan, total fundraising yang bisa diperoleh mencapai Rp184,89 triliun hingga Rp188,26 triliun.

Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, naiknya yield obligasi pada tahun ini menjadi penghambat korporasi untuk menerbitkan surat utang. Padahal, selama ini nilai emisi obligasi menjadi kontributor utama fundraising di pasar modal.

Di sisi lain, jumlah perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI mencapai angka tertinggi, yakni 59 emiten secara year-to-date, tetapi mayoritas nilai emisi yang diperoleh terbilang kecil.

“Ini membuat banyak korporasi wait and see, terutama untuk menerbitkan obligasi. Inilah yang menyebabkan proyeksi kami di atas Rp250 triliun meleset dan hanya pada kisaran Rp162 triliun,” katanya, Rabu (19/12).

Wimboh menambahkan, tantangan pasar modal pada tahun ini memang cukup berat. Di antaranya adalah naiknya suku bunga bank sentral AS yang diikuti oleh Bank Indonesia serta sentimen negatif dari perang dagang antara AS dan China.

Namun, dalam 3 bulan terakhir, kondisi mulai membaik. Hal itu dibuktikan dengan adanya net buy investor yang mencapai Rp6,2 triliun per 14 Desember, menurunnya koreksi indeks harga saham gabungan (IHSG) menjadi 4,3% secara ytd, dan turunnya rata-rata yield surat berharga negara (SBN).

“Meskipun ada volatilitas, tetapi kita masih bisa menjaga kepercayaan pelaku pasar dengan baik. Volatilitas yang ada di pasar modal masih terukur,” tutur Wimboh.

Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali menilai, target yang ditetapkan oleh OJK cukup konservatif mengingat tantangan dari ekonomi global pada tahun depan tidak jauh beda dibandingkan dengan tahun ini.

“Jadi tahun depan memang kondisi relatif sama dengan tahun ini,” ujarnya.

SESUAIKAN WAKTU

Sementara itu, Agus Purbianto, Direktur Keuangan dan Pengelolaan Kapital Manusia PT PP (Persero) Tbk. mengungkapkan, perseroan memiliki rencana penerbitan obligasi pada tahun depan. Menurutnya, perseroan memiliki kebutuhan Rp3 triliun yang separuhnya akan dieksekusi dari penawaran umum berkelanjutan (PUB) senilai Rp1,5 triliun.

“Izin PUB sampai dengan September 2019. Kami terbitkan habis Pemilihan Presiden dan Pemilu Legislatif tetapi timing-nya menyesuaikan dengan kondisi market,” ujarnya.

Dari sisi investor asuransi, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) memprediksi portofolio investasi pelaku industri tidak akan banyak bergeser pada 2019.

“Dari new business mereka, pasti tetap dibelikan saham karena saham sedang murah kan,” kata Togar Pasaribu, Direktur Eksekutif AAJI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper