Bisnis.com, JAKARTA -- Penurunan laba bersih yang diderita PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. hingga kuartal III/2018 mendorong para analis memangkas target harga saham perseroan. Namun, keterlibatan perseroan pada sejumlah proyek besar hingga tahun depan diyakini mampu meningkatkan harga sahamnya.
Berdasarkan laporan keuangan, emiten dengan kode saham PTPP tersebut mengantongi pendapatan Rp14,78 triliun pada 30 September 2018. Jumlah tersebut naik 7,45% dari Rp13,76 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Adapun, laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk PTPP senilai Rp874,67 miliar per September 2018. Pencapaian tersebut turun 11,65% secara tahuna
Sepanjang tahun berjalan, saham PTPP masih tercatat melemah 25,95%. Pada penutupan perdagangan Rabu (19/12), harga saham PTPP melemah 0,26% atau 5 poin ke level Rp1.955.
Analis Panin Sekuritas Nico Laurens memangkas target harga PTPP dari sebelumnya Rp3.000 menjadi Rp2.300. Meski demikian, dia masih menyarankan investor untuk mengoleksi saham PTPP.
“Kami menurunkan estimasi pendapatan dan laba sebesar 1%-11%, dengan pemangkasan burn rate sebesar 50-100 bps, didorong terlambatnya pengakuan pendapatan infrastruktur dan sektor properti. Kami mengestimasikan laba tumbuh tipis di 2018, sebelum membaik pada 2019 pasca pemilihan umum,” ungkap Nico dalam riset Rabu (19/12).
Nico menyampaikan entitas masih merekomendasikan beli, tetapi menurunkan target harga karena beberapa alasan seperti ekspektasi masih lemahnya sektor properti di masa yang akan datang dan risiko pertumbuhan perseroan yang lebih lambat.
Namun, dia menggarisbawahi risiko penurunan laba bersih tersebut minim mengingat pencapaian kontrak baru PTPP yang cukup kuat, order book yang telah setara dengan 4 kali pendapatan perseroan, serta tingkat utang yang rendah dibandingkan dengan kompetitor perseroan.
Sementara itu, analis UOB Kay Hian Adrianus Bias Prasuryo pun memangkas target harga perseroan pada PTPP dari sebelumnya Rp3.700 menjadi Rp2.800 atau lebih rendah hingga 32%. Pemangkasan TP itu merujuk pada penurunan burn rate PTPP yang menyentuh titik terendah.
“Meski demikian, PTPP merupakan yang berkinerja paling baik dibandingkan perusahaan peer-nya karena telah membukukan kontrak baru hingga Rp35.3 triliun per Oktober 2018. Nilai itu meningkat 5,3% yoy dan telah mencapai 72% dari target perusahaan,” ungkap Adrianus.
Perolehan kontrak tersebut diharapkan dapat memperbaiki burn rate PTPP di masa depan.