Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Eropa berakhir melemah pada perdagangan Selasa (4/12/2018) seiring dengan pelemahan saham otomotif.
Pelemahan terjadi saat investor mulai mempertanyakan apakah 'gencatan senjata' yang disepakati oleh Amerika Serikat (AS) dan China untuk konflik perdagangan mereka, akan mengarah pada kesepakatan jangka panjang.
Setelah mampu membukukan penguatan untuk hari pertama perdagangannya pada Desember, indeks DAX Jerman, yang paling sensitif terhadap isu soal China dan kekhawatiran perang dagang, melemah 1,1%, sedangkan indeks Stoxx 600 turun 0,8%.
“Penggerak nomor satu untuk sentimen aset berisiko global adalah pembicaraan perdagangan AS-China, yang tiba-tiba tak tampak menjanjikan seperti yang terlihat selama akhir pekan,” kata pakar strategi di Commerzbank, Christoph Rieger, seperti dilansir Reuters.
Sektor otomotif Eropa, yang paling sensitif terhadap kekhawatiran perang perdagangan, menjadi sektor dengan penurunan terbesar dengan 1,7%. Saham produsen mobil asal Jerman Volkswagen, Daimler, dan BMW pun turun antara 1,6%-3%.
Sektor teknologi juga mengalami penurunan besar dengan 1,4%. Saham pembuat chip, yang juga sangat terdampak atas isu tentang China dan perdagangan, mengalami penurunan besar dengan saham AMS turun 5,1% dan Siltronic turun 8,1%.
Menambah sentimen pelemahan, kurva imbal hasil antara obligasi AS bertenor tiga tahun dan lima tahun dan antara yang bertenor dua tahun dan lima tahun membalik pada Senin, pertama kalinya sejak krisis keuangan.
Para analis saat ini mengkhawatirkan inversi kurva imbal hasil 10 tahun dan dua tahun yang mungkin akan segera terjadi dan mengarah ke kemungkinan resesi di AS.
Saham dengan penurunan terbesar pada Stoxx 600 adalah IG Group, yang melemah 9,7%, setelah platform perdagangan daring asal Inggris ini memproyeksikan penurunan pada pendapatan semester pertama 2019.
Adapun saham grup katering asal Prancis Elior melemah 8,6% setelah memangkas prospek pertumbuhan penjualannya, dan saham perusahaan jasa pos asal Belgia Bpost jatuh 22,8% setelah menyampaikan peringatan laba.
Di sisi lain, saham perusahaan energi mengikis penguatannya setelah harga minyak mentah tergelincir dari level tertingginya karena kekhawatiran bahwa permintaan akan stagnan akibat perang perdagangan China-AS, dan bahwa Rusia tetap menjadi batu sandungan bagi kesepakatan untuk memangkas pasokan minyak mentah global.
Kendati demikian, saham BP naik 0,9% dan saham Royal Dutch Shell berakhir flat.