Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertahankan Pangsa Pasar, Saham ASII Ditutup Menguat 4,28%

Merespons data penjualan mobil yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), harga saham PT Astra International Tbk. (ASII) ditutup menguat.
Pengunjung mengambil gambar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Senin (22/1)./JIBI-Dwi Prasetya
Pengunjung mengambil gambar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Senin (22/1)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA – Merespons data penjualan mobil yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), harga saham PT Astra International Tbk. (ASII) ditutup menguat.

Pada penutupan perdagangan Kamis (15/11), harga saham ASII menguat 350 poin atau 4,28% ke level Rp8.525 per saham. Sepanjang tahun berjalan 2018, ASII menguat 2,71%.

Berdasarkan data Gaikindo, penjualan kendaraan roda empat nasional hingga Oktober 2018 mencapai 962.817 unit, di mana 56% di antaranya merupakan kendaraan Astra. Pangsa pasar ASII tersebut meningkat signifikan dari September yang sebesar 53% dan Agustus yang sebesar 50%.

Analis Kresna Sekuritas Franky Rivan mengungkapkan hingga akhir tahun, entitas meyakini Astra International akan terus fokus meningkatkan penjualan kendaran jenis sport utility vehicle (SUV) untuk menjaga pangsa pasar.

“Kami melihat posisi kompetitor Astra akan terus melemah ppada pasar roda empat. Pangsa Suzuki pada Oktober turun menjadi 10,3%, yang sepertinya akan berlanjut turun karena Suzuki Ertiga sudah tidak lagi atraktif bagi konsumen,” ungkap Franky dalam riset, Kamis (15/11/2018).

Selain itu, Kresna mencatat pangsa pasar Mitsubishi pun terkoreksi pada Oktober menjadi 17,4%, mengonfirmasi merek ini tidak lagi menjadi kompetitor kuat Astra. Apalagi, Mitsubishi mengurangi kelonggaran proses pembelian Xpander.

Franky merekomendasikan beli untuk saham ASII dengan target harga sebesar Rp9.175. Saat ini, harga saham ASII diperdagangkan dengan rasio harga per laba (price earnings ratio/PER) 13,9 kali atau masih lebih rendah dari rata-rata PER 5 tahun terakhir yang sebesar 15,7 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dara Aziliya
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper