Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Perusahaan Ini Lebih ‘Nendang’ Daripada Ganja

Saham produsen truk berat asal China secara mengejutkan mengungguli saham perusahaan penghasil ganja dan teknologi dalam pasar saham global bulan ini.
Sinotruk saat peluncuran produk truk baru./Chinatrucks.com
Sinotruk saat peluncuran produk truk baru./Chinatrucks.com

Bisnis.com, JAKARTA – Saham produsen truk berat asal China secara mengejutkan mengungguli saham perusahaan penghasil ganja dan teknologi dalam pasar saham global bulan ini.

Saham Sinotruk Hong Kong Ltd. telah melonjak 69% pada bulan September, kenaikan persentase terbesar dalam indeks MSCI All-Country World, saat optimisme mengenai pimpinan baru dalam perusahaan induknya menutupi pandangan pesimistis untuk industri tersebut.

Menurut Wayne Fung, seorang analis di CMB International Securities Ltd., terdapat spekulasi bahwa Tan Xuguang, yang ditunjuk sebagai Kepala China National Heavy Duty Truck Group Co. pada 31 Agustus, akan mengangkat kinerja perusahaan melalui akuisisi dan restrukturisasi.

“Tan memiliki rekam jejak yang bagus untuk akuisisi di luar negeri,” kata Fung. “Perusahaan memiliki posisi kas bersih sebesar 10 miliar yuan (US$1,5 miliar) pada akhir Juni.”

Menambah sentimen positif untuk saham perusahaan adalah kabar bahwa MAN, unit milik Volkswagen AG, yang memiliki saham di Sinotruk, setuju membuat sebuah usaha patungan untuk memproduksi truk berat.

Tetap saja, masih terlihat faktor skeptis. Short interest berkontribusi 35% dari free float (jumlah saham yang beredar) Sinotruck atau terbesar di antara hampir 500 saham yang terdaftar di Hong Kong, menurut data IHS Markit.

“Aksi short covering kemungkinan berkontribusi untuk sebagian penguatan,” lanjut Fung, seperti dilansir Bloomberg, Senin (24/9/2018).

Berdasarkan data Bloomberg, saham Sinotruck pada perdagangan hari ini terpantau melorot 15,10% ke level 18,38 pada pukul 14.03WIB, setelah berakhir melonjak 24,71% di posisi 21,65 pada perdagangan Jumat (21/9)

“Investor harus berhati-hati. Sahamnya terlalu mahal karena setiap restrukturisasi masih belum pasti,” ujar Toliver Ma, seorang analis di Guotai Junan Securities Co. di Hong Kong.

Menurut Morgan Stanley, pasar terlalu optimistis atas kabar usaha gabungan dan perubahan manajemen. Morgan Stanley memberikan peringkat ‘underweight’ pada saham ini dan memangkas target harganya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper