Bisnis.com, JAKARTA – Lira Turki melonjak lebih dari 5% setelah bank sentralnya menaikkan suku bunga, menentang permintaan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk menurunkan biaya pinjaman.
Mata uang Turki berbalik arah dari pelemahan pada awal perdagangan Kamis (13/9) setelah bank sentralnya menaikkan suku bunga acuan 7 Days Repo Rate (7DRR) sebanyak 625 basis poin menjadi 24%. Rata-rata perkiraan dari survei Bloomberg hanya akan naik sebanyak 350 basis poin.
Dikutip dari Bloomberg, Kamis (13/9/2018), Erdogan memberikan pernyataan beberapa jam sebelum keputusan tersebut dibuat, menyerang bank sentralnya karena terus menerus tidak mampu mencapai target inflasi dan mengatakan bahwa Turki harus memangkas suku bunganya.
Pernyataan tersebut menimbulkan kekhawatiran investor yang tidak sepakat dengan keyakinan Erdogan bahwa kenaikan suku bunga hanya akan mempercepat laju kenaikan harga dan menghalangi aksi pembuat kebijakan moneter untuk melindungi aset nasional Turki.
Lira tercatat menguat 5,3% menjadi 6,02 lira per dolar AS pada perdagangan Kamis sore waktu Istanbul.
Adapun, inflasinya yang meningkat hingga hampir 18% pada Agustus, mengikis imbal hasil mata uangnya dan membuat Turki semakin rentan pada kenaikan biaya pinjaman AS dan membuat minat investor untuk aset dari emerging market yang semakin goyah.