Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah melanjutkan pelemahan pada posisi Rp14.935 per dolar AS terpantau pada pukul 17.00 WIB perdagangan Selasa (4/9), masih dalam kondisi rentan terhadap tekanan global.
Deddy Yusuf Siregar, analis Asia Tradepoint Futures (ATPF) mengatakan bahwa mata uang Garuda saat ini berisiko terhadap perkembangan perang dagang, krisis Turki, dan terutama oleh penguatan dolar Amerika Serikat.
“Ada faktor perang dagang, tidak hanya antara AS dan China, tetapi juga AS dengan Uni Eropa karena AS menolak proposal dagang yang diajukan oleh Uni Eropa,” ungkap Deddy saat dihubungi Bisnis, Selasa (4/9/2018).
Deddy memproyeksikan rupiah akan bergerak pada posisi Rp14.900 – Rp15.170 per dolar AS dalam jangka pendek. Dia menjelaskan bahwa tren perdagangan mata uang saat ini secara keseluruhan banyak yang membeli dolar AS.
“Saat ini semua ke dolar AS, karena didorong oleh potensi kenaikan suku bunga,” tambahnya.
Rupiah dinilai bisa melemah hingga menembus Rp16.000 karena Indonesia termasuk dalam 6 negara yang dikategorikan sangat rentan pada penguatan dolar AS. Enam negara itu terdiri atas Turki, Argentina, Brasil, Afrika Selatan, India, dan Indonesia.
Pada perdagangan Selasa (4/9) rupiah tercatat melemah 120 poin atau 0,81% menjadi Rp14.935 per dolar AS dari penutupan sesi hari sebelumnya dan mencatatkan pelemahan sebesar 8,65% sepanjang 2018 ini. Sementara itu, indeks dolar AS bertahan di posisi 95,47 setelah naik 0,33%.