Bisnis.com, JAKARTA – Merespons rencana pembatasan impor yang didengungkan oleh pemerintah, emiten produsen komponen baut untuk otomotif PT Garuda Metalindo Tbk. memprediksi bisnis perseroan tidak akan berpengaruh signifikan.
Direktur Utama Garuda Metalindo Ervin Wijaya menyampaikan dengan pembatasan impor tersebut, perseroan optimistis tetap dapat tumbuh karena kenaikan permintaan baik dari pasar domestik maupun pasar ekspor.
“Impor besi dan baja memang sudah diatur ketat oleh pemerintah agar tidak ada permainan harga seperti dumping. Untuk impor bahan baku, kami juga mendapatkan fasilitas bea masuk ditanggung pemerintah atau BMDTP,” ungkap Ervin di Jakarta, Rabu (29/8/2018).
Ervin menjelaskan perseroan mengimpor 100% kebutuhan bahan bakunya sehingga sangat bergantung pada pemasukan dari luar negeri. Bahan baku perseroan sulit untuk ditemukan di dalam negeri, terutama untuk pembuatan komponen kebutuhan OEM (Original Equipment Manufacturer).
Karena mengandalkan bahan baku impor, kinerja perseroan pada semester I/2018 pun mengalami koreksi dari sisi laba bersih. Apalagi, kenaikan harga bahan baku dibarengi oleh pelemahan nilai tukar rupiah.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, emiten dengan kode saham BOLT tersebut membukukan penjualan sebesar Rp552,89 miliar atau meningkat 12,96% dibandingkan dengan penjualan perseroan pada semester I/2017 yang sebesar Rp489,44 miliar.
Pada periode tersebut, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp38,8 miliar, tergerus 33,4% dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp58,25%.
Anthony menjelaskan kenaikan bahan baku tidak dapat langsung diteruskan kepada pelanggan karena evaluasi harga dengan pembeli dilaksanakan 6—9 bulan sekali. Kondisi tersebut membuat perseroan harus menanggung beban kenaikan
“Untuk hedging, agak sulit karena dengan cost of hedging yang cukup tinggi, akhirnya kami harus mengeluarkan biaya yang sama,” jelas Anthony.